Jumat, 02 Desember 2011

QASHASH (KISAH-KISAH) AL-QUR’AN

Allah SWT, menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW, yang mengandung tuntunan-tuntunan bagi manusia untuk mencapaip kebahagiaan di dunia dan akhirat, serta kebahagiaan lahir dan batin. Selain menggunakan cara langsung, yaitu berbentuk perintah dan larangan, adakalanya tuntunan tersebut disampaikan melalui kisah-kisah, dengan tjan untuk menjelaskakn bantahan terhadap kepercayaan-kepercayaan yang salah dan bantahan terhadap setiap bujukan untuk berbuat ingkar serta menerangkan prinsip-prinsip Islamiyah dalam berdakwah.
Kisah-kisah tersebut memakan tempat yang tidak sedikit dari keseluruhan ayat-ayat Al-qur’an. Bahkan, banyak pula surat yang dikhususkan untuk kisah semata, seperti surat Yusuf (18) Al-Anbiya (21), Al-Qashash (28), dan surat Nuh (17).
Kisah-kisah dalam Al-qur’an juga merupakan salah upaya para ulama untuk mengungkap isi kandungan Al-qur’an. Dengan demikian kisah-kisah dalam Al-qur’an sangat diperlukan agar Al-qur’an lebi mudah dipahami dan di ambil pesan-pesan moralnya.
A. Pengertian kisah
Kata qashash beasal dari bahasa Arab yanng merupakan bentuk jamak dari kata Qishash yang earti tatabbu al-atsar (napak tilas/mengulang kembali masa lalu). Arti ini diperoleh dari uraian Al-Qur’an pada surat Al-Kahfi ayat 64:
فَارْتَدَّا عَلَى آَثَارِهِمَا قَصَصًا
Artinya: ‘lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.”
Kisah mempunyyai persamaan makna dalam bahasa Arab dengn lafa sejarah, taikkh, atsar, dan sirah. Akan tetapi, kata-kata itu tiak terdapat dalam Al-qur’an dan yang sering menggunakan kata-kata kisah setelah menceritakan sebuah rangkain tertentu. Kata ini tercatat 22 kali denga berbagai bentuk dan kontteks diberbagai surat. Baik mennyangkut kisah para nabi maupun kisah-kisah umat terdahulu.
Secara etimologi (bahasa), al-qashash ju berarti urutan, berita, dan keadaaan. Dalam bahasa indonesia, kata itu, diterjemmahkan dengan kisah yang erarti kejadian (riwayat dan ebaginya).
Secara istilah (terminologi), kisah didefinisikan oleh Muhamammad Khalafullah dalam Al-Fann Al-Qashashiy fi Al-qur’an Al-Karim sebagia berikut ; “ suatu karya kesusastraan mengenai peristiwa yang terjadi atas seorang pelaku yangn sebenarnya tidak ada. Atau dari seorang pelaku yang benar-benr ada, tetapi peristiwa yang berkisar pada dirinya dalam kissah itu tidak benar-benar terjadi. Atau, peristiwa itu bena-benar terjadi pada diri pelkau, ttetapi kisah itu disusun atas dasar seni yang indah, yang mendahuluka sebagian peristiwa yang tidak terjadi atau dilebih-lebihkan penuturannya, sehinggga penggambaran pelaku-peaku sejarah ya keluar sarinkebenaran yang sesungguhnya sehingga terjadi para pelaku fiktif.
Kisah-kisah Al-qur’an pada umumnya mengandung 3 unsur yaitu, pelaku, peristiwa, ddan dialog:
1. Pelaku
Pelaku kisahkisah yang terdapat dalam Al-Qur’an tidak hanya manusia, tetapi malaikat, jin bahkan burung dan semut.
a. Binatang
Seperti burung yang terdapat dalaml kisah Anbi Sulaimann pada surat An-naml ayat 18-19:
فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِنْ قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ
Arinya: ‘hingga apabila mereka sampai dilembah semut, berkatalah seekor semut, “hai semut-semut, masuklah kedalam sarang-sarangmu agar kamu tidak diinjakoleh Sulaiman dan tentaranya, sednagkan mereka tidak mebbyadari’, maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdo’a, “ ya Tahunku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nukmat-Mu yang telah engkau anugerahkan kkepadakku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mnegerjakan amal saleh yang engakau ridai, ddan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu dalam gollongan hambba-hamba-Mu yang saleh”.
b. Malaikat
Contoh adalah kisah yang terdapat dalam surat Hud (11) ayat 68-83,. Ayat itu mengisahkan bahwa malaikat-malaikat datang kepada nabi Ibrahim dan Nabi Luth dengan menjelma sebagai taamu. Demikian pula malaikata datang kepada Maryamdalaml bentuk manusia, sebagaimana dikisahkan dalam surat Mryam ayat 10—21.
c. Jin
Daalm kisah Anbi Sulaiman, jin di gambarkan mempunyai bentuk lain yang gemanya dapat dilihat pada syair jahili sebelum Nabi Muhammad SAW, terutama syair-syair An-Nabighah. Dalam kisah ini, di antara jin-jin itu ada yang menjadi tukang selam (ghawas), arsitek (banna), pemahat, pembuat gedung, dan sebagainya, seperti dijelaskan pada surat Saba’ (34) ayat 12
وَلِسُلَيْمَانَ الرِّيحَ غُدُوُّهَا شَهْرٌ وَرَوَاحُهَا شَهْرٌ وَأَسَلْنَا لَهُ عَيْنَ الْقِطْرِ وَمِنَ الْجِنِّ مَنْ يَعْمَلُ بَيْنَ يَدَيْهِ بِإِذْنِ رَبِّهِ وَمَنْ يَزِغْ مِنْهُمْ عَنْ أَمْرِنَا نُذِقْهُ مِنْ عَذَابِ السَّعِيرِ
d. Manusia
Dalam kisah-kisah Al-Qur’an yang pelakunya berupa manusia, lebih banyak diceritakan tentang laki-lakia dari padda perumpuan. Di antara mereka adalah para nabi, orang biasa (seprti Fir’aun), dan lainnya. Adapun pelaku kisah dari kalangan wanita dinataranya maryam dan hawa.

2. Peristiwa
Hubungan natara peristiwa dengan pelaku pada setiap kisah amatlah jelas karena kedua hal itu merupakan unsur-unsur pokok suatu kisah. Tidak dapat dibayangkan adanya pelaku tanpa adanya peristiwa yang dialamminya. Peristiwa itu sendiri dapatvdibagi menjadi tiga bagian :
a. Peristiea yang berkelanjutan
Misalnya, seorang Anbi diutus kepada suatu kaum, kemmudian mereka mendustakannya dan meminta ayat-ayat/bukti yang menunjukkan kebenaran dakwah ddan lerasulannya. Kemudian datanglah ayat/bukti yang mereka minta, tetapi mereka tetep saja mendustakannya.



b. Peristiwa yang dianggap luar biasa
Yaitu peristiwa yang datangnya dari Allah SWt melalui para Rasulnya sebagia bukti kebenarannya, seperi mukjiat-mukjiat para Nabi. seperyi dalam surat Al-Maidah ayat 110-115
c. Perisiwa yang dinggap biasa
Yaitu peristiwa biasa yang dilakukan oleh orang-orang yang dikenal sebagai tokoh, baik rasul maupaun bukan, sebagi manusia biasa yang makan da minum. Seperti dalam surat Al-Maidah ayat 116-118.
3. Dialog
Tidak semua kisah mengandung percakapan, seperti kisah yang bermasud menakut-nakuti, teyapi daa pula kisah yangb sangat menonjol percakappannya sepertti ikisash Anbi Adam a.s. dalam surat Al-A’raf ayat 11-25, surat Thaha ayat 9-99, dan lainnya.

B. Macam-macam Kisah dalam Al-Qur’an
1. Dilihat dari sisi Pelaku
Manna Al-Kathan, membagi Qashash Al-qur’an dalam tiga bagian:
a. Kisah para Anbi, kikah ini mengandung dakwah mereka kepada kaumnya, mukjizat-mukjizat yang menguatkan dakwanya, sikap orang yang memusuhinya, tahapan-tahapan dakwah dan perkembanganya serta akibat-akibat yang diperoleh oleh mereka yang mempercayai dan golongan yang mendustakan. Misalnya kisah nabi nuh, Ibrahim, musa, Haun, isa, Muhammad, dan Nabi serta rasul lainnya.
b. Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lalu dan orang-orang yang tidak dipastikan kenabiannya. Msalnya, kisah orang yang keluar dari kampung halamman, yang beribu-ribu jumlahnya karena takut mati, kisah Talut dan Jalut, dua orang putra Adam penghuni gua, Zulkarnain, Karun, dll.
c. Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa ynag terjadi pada masa Rasulullah. Seperti perang badar, dan perang Uhud. Dalam surah Ali Imran, perangn Hunain dan Tabuk dalam Surah At-taubah, perang Ahzab dalam surah Al-Ahzab, hjrah, isra,dll.

2. Dilihat dari Panjang Pendeknya
a. Kisah panjang. Comnyohnya kisah Nabi Yusuf yang diteranglan dxalm Surat Yusuf yang hampir seluruh ayatnya mengungkapkan kehidupan Nabi Yususf, sejak masa kanak-kanaknya sampai dewasa dan memiliki kekuasaan
b. Kisah yang lebih pendek darai bagian yang pertama, seperti kisah Maryam dalam surat Amryam, kisah Ashab al-Kahfi pada surat al-kahfi, kisah Anbi Adam ddalam surat Al-baqarah, yang terdiri atas sepuluh atau beberapa belas surat saja.
c. Kisah pendek, yaitu kisah yng jumlahnya kurang dari sepuluh ayat, misal kisah Nabi Hud dan Luth dalam surat Al-A’raf, kisah anbi Shalih dalam Sura Hud.
3. Dilihat dari jenisnya
Menurut M.Khalafullah, dilihat dari segi jenisnya kisah-iah Al-Qur’an dapat dinabi menjadi 3 bagian;
a. Kisah sejarah (al-qishash al-tarikkhiyyah), yaitu kisah-kisah yang berkisar tentang tokoh-tokoh sejarah, seprti para Nabi dan Rasul.
b. Kisah sejarah (al-qishash al-tamtsiliyyah), yaitu kisah yang menyebutkan suatu peristiwa untuk menerangkan dan memperjelas sutu pengertian. Peristiwa itu tidak benar-benar terjadi, teapi hanya perkiraan da khayalan semata.
c. Kisah asatir, yyaitu kisah yang didasarkan atas suatu asatir. Papda umumnya, kisah semacam ini bertujuan mewujudkan tujuan-tujuan ilmiah atau menafsirkan, gejala-gejala yang ada, atau menguraikan sesuatu persoalan yang sukar diterima oleh akal.
Dalam versi lain, Muhammad Qutub membagi kisah Al-qur’an dalam tiga maccam;
a. Kisah lengkap yang memuat tempat, tokoh, dan ga,baran peristiwa yang berlaku serta akibat yang timbul dari hal tersebut. Seperti kisah Nabi Musa dan Fir’aun.
b. Isah yang hanya mneggambarkan peristiwa yang terjadi, tetapi tidak mengungkapkan nama tokoh pelaku atau tempat berlangsunganya peristiwa. Seperyi kisah kedua putra Adam as.
c. Kisah yang diucapkan dalam bentuk percakapan atau dialog tanpa menyinggng nama dan tempat kejadian. Misal, kisah dialog yanng terjai antara seorang kafir yang memiliki dua bidang kebun yang luas dan kekayaan yang berlimpah dengan seorang mukmin.

C. Faedah Qashash Al-Qur’an

Banyak faedah yang terdapat dalm Qasahash A-Qur’an sebagai mana yangdiutarakan oleh Manna al-Qathan berikut ini ;
1. Menjelaskan asas-asas dakwah menuju Allah SWT dan menjelaskan pokok-pokok syari’at yang dibawa oleh para nabi, dalam hal ini Allah berirman dalam surat Al-Anbiya’ (21) ayat 25
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

Artinya:”dan kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelu kamu, mmellainkan kami wahyukan kepadanya, ‘bahwasannya tidak ada Tuhan yang hak melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”.
2. Meneguhkan hati Arsulullah dan hati umat Amhammad atas agama Allah, memperkuat keprcayaan orang mukmin tentang menangnya kebenaran dan para pendukungnya serta hancurnya kebatilan dan para pembelanya. Faedah ini tercantum dalam Al-Qur’an surat Hud (11) ayat 120
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ

Artinya;”dan semua kisah-kisah yang rasul-rasul kami ceritakan kepadamu ialah kisah-kisah yang dengannnya Kami teguhkan hatimu, dan dalam surat ini telah datang kepadammu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.
3. Membenarkan para Nabi terdahulu dan menghidupkan kenangan terhadap mereka serta mengabadikan jejak dan peninggalannya.
4. Menampakkan kebenaran Nabi Muhammaddalam dakwahnya dengan apa yang diberitakannya tentang hal ihwal orangg-orang terdahulu di sepanjang kurun dan generasi.
5. Menyibak kebihongan ahli kitab denga hujah yang membeberkan ketterangan dan petunjuk yang mereka sembunyikan, dan menentang mereka dengan isi kitab mereka sendiri sebelum ktab itu diubah dan didanti. Misalnya dalam firman Allah;
كُلُّ الطَّعَامِ كَانَ حِلًّا لِبَنِي إِسْرَائِيلَ إِلَّا مَا حَرَّمَ إِسْرَائِيلُ عَلَى نَفْسِهِ مِنْ قَبْلِ أَنْ تُنَزَّلَ التَّوْرَاةُ قُلْ فَأْتُوا بِالتَّوْرَاةِ فَاتْلُوهَا إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ

Arinya; “semua makanan adalah halal bagi Bani Israil mmmelainkan makanan yang diharamkan oleh Israil (ya’kub) ntuk dirinya sendiri sebellum Taurat diturunkan. Katakanlah, “jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum turun taurat, maka bawalah taurat itu, lalu bacalah dia jika kamu orang-oorang yang benar’. (Ali-Imran 3: 93)
6. Kisah merupakan salah satu bentik sastra yang dapa menarik perhatian para pendengar dan menetapkan pesan-pesan yang terkandung di dalamnya kedalam jiwa. Firman Allah
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Artinya: “sessungguhnya pada kissah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bai orang-orang yang mempunyai akal. Al-qur’an itu bukanlah cerita yanng dib uat-buat, tetapi membenarkan kitabk-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (Yusuf 12: 111)








D. Hikmah Penguangan Kisah dalam Al-Qur’an
Al-Qur’amn banyak mengandung berbagai kisah yang diungkapkan berulang-ulang di beberapa tempat. Sebah kisah terkadang berulang kali disebtkan dalam Al-qur’an dan dikemukakan dalam berbagai bentuk yang berbeda. Disatu tempat ada bagian-bagian yang didahulukan dan ditempat lain diakhirkan. Demikian pula kadang dikemukakan secara ringkas dan kadang-kadang panjang lebar, dan sebagainya. Dan diantaran hikmahnya adalah:
1. Menjelaskan ke balagah-an Al-Qur’an dalam tingkat paling tinggi. Sebab diantara keistimewaaan balaghaha adalah mengungkapkan sebuah makna dalam berbagai macam bentuk yang berbeda. Dan kisah yang berulang itu dikemukakan disetiap tempat dengan uslub yang berbeda satu sama lain serta dituangkan dalam pola yang berlainan pula, sehingga tidak membuat orang merasa bosan karenanya, bahkan dapat menambah kedalam jiwanya makna-makna baru yang tidak didapatkan di saat membabcanya di tempat yang lain.
2. Menunjukkan kehebabtan mukjizat Al-qur’an. Sebab mengemukakan sesuatu makna daalm berbagai bentuk susunan kalimat dimana salah satu bentuk pun tidak dapat ditandingi oleh sastrawan Arab, merupakan tantangan ddahsyat dan bukti bahwa Al-Qur’an itu datang dari Allah.
3. Memberikan perhatian besar terhadap kisah tersebut agar pesan-pesannya lebih mantap dan melekat dalam jiwa. Hal ini karena pengulangan merupakan salah satu cara pengukuhan dan indikasi betapa besarnya pehatian. Misalnya kisah Musa dan fir’aun. Kisah ini menggambarkan secara sempurna pergulatan sengit antara kebenaran dan kebatilan. Dan sekalipun kisah itu serinng diulang-ulang, tetapi pengulangannnya tidak pernah terjadi dalam sebah surah.
4. Melihatkan perbedaan tujuan yang karenyanya kisah itu diungkpakan. Maka sebagian dari makna-maknanya diterangkan disatu tempat, karena hanya itulah yang diperlukan, sedang makna-makna lainnya dikemukakan di tempat yang lain, sesuai dengan tuntutan keadaan.



E. Kisah-kisah dalam Al-qur’an sebagai Realitas Bukan Khayalan

Seorag muslim sejati meyakini bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah dan suci dari pemberian artistik yang tidak memerhatikan realitas sejarah. Kisah Qur’an tidak lain adalah hakikat dan fakta sejarah yang dituangkan dalam untaian kata-kata yang indah dan pilihan dalam uslub yang mempesona. Al-qur’an tidak seperyi cerita-cerota manusia pada umumnya yang unsur pokoknya khayalan yang bertumpu pada konsep, tapi ia diturunkan dari sisi yang Maha pandai, Mahabijaksana, semua beritanya sesuai dengan kenyataan.
Diantara ayat yang menunjukkan bahwa Allah SWT Tuhan yang hak, yaitu surat Al-Maidah (5); 48.

وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آَتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

Artinya; dan kami telah menurunkan kepadamu Al-Qur’an dengan membawa kebenaran (hak).
Apa yang dikisahkan Allah dalam Al-qur’an juga semuanya hak. Ini didasarkan oleh firman Allah SWT, diantaranya surat Al-Kahfi (13):13


Artinya; kami ceritakan kisah kepadamu (Muhammad) yang sebenarnya.
Dari uraian dia atas dapat diambil kesimpulan bahwa pada dasarnya hukum-hukum sejarah dapat digeneralisasikan sehingga dapat diterapkan pada masa kini dan mendatang.

F. Pengaruh Kisah-kisah Al-Qur’an dalam Pendidikan dan pengajaran

pelajaran yang disampaikan dengan metode ceramah akan menimbulkan kebosanan, bahkan tidak dapat diikuti sepenuhnya, kecuali dengan suliit dan memerlukan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, maka uslub qasasi (narasi) sangat bermanfaat dan mengandung banyak faedah. Pada umumnya anak-anak suka mendengarkan cerita-cerita, memperhahtikan riwayat kisah, dan ingatannya segera menampung apa yang diriwayatkan kepadanya, kemudian ia meniruka dan mengisahkan.
Hal ini seharusnya bisa dimanfaatkan oleh para pendidik dalam proses pembelajaran, khususnya pendidikan agama yang merupakan linti pengajaran dan soko guru pendidik.
Dalam kisah-kisah qur’ani terdapat lahan subur yang dapat membantu kesuksesan para pendidik dalam melaksanakan tugasnya dan membekali mereka dengan bekal kependidikan berupa peri hidup para nabi, kisah umat terdahulu, sunnatullah dalam kehidupan bermasyarakat dan hal ihwal bagsa-bangsa. Dan semua itu dukatakn dengan benar dan jujur.
Para pendidik hen daknya mampu menyughkan kisah-kisah qur’ani itu dengan uslub bahsa yang sesuai dengan ingkat nalar pelajar dalam segala tingkatan.

1 komentar: