Jumat, 23 Desember 2011

POSTULAT CINTA

Cinta, selama ini adalah teka-teki bagi umat manusia sepanjang zaman. Didalam cinta terdapat lautan misteri yang menjadi energi kreatif bagi manusia untuk menciptakan puisi, film, lagu atau bahkan peristiwa fenomenal yang mengugah perasaan. Entah berapa baris puisi, berapa judul film, berapa bait lirik lagu, berapa kuntum bunga, berapa batang coklat, berapa lembar karcis bioskop, berapa rupiah untuk KUA, dan sekian banyak “berapa-berapa” lainnya yang pernah ada dibumi dikarenakan oleh energi positif oleh cinta.
Akan tetapi disisi lain, kegagalan bercinta justru menjadi energi negatif yang merusak. Manajemen cinta adalah kata kuncinya, semoga dilain waktu kami dapat membahas hal tersebut secara mendalam. Cinta yang tidak termanajemen dengan baik dapat memunculkan kasus pemerkosaan, pelecehan seksual, bunuh diri, kejombloan akut dan berbagai hambatan lainnya.
Di dalam sangkar emasnya, cinta seakan tak terpahami oleh rasio, tak tersentuh oleh nalar. Bagi para pengagumnya, cinta mengalami sakralisasi. Akibatnya adalah, cinta telah menjadi mitos atau sejenis berhala yang membuat manusia kehilangan rasionalitasnya. Jika manusia telah menjadi penyembah cinta maka akan mengalami kegamangan hati dan kekeringan jiwa. Hubungan kausalnya kemudian adalah berefek pada wilayah psikomotorik.

Landasan Epistemologis
Dalam tulisan ini, kami mencoba menguraikan cinta secara ringkas dan membuat postulat cinta berdasar hipotesis, pengamatan, pembuktian, pengujian secara ilmiah. Adapun landasan epistemologis yang kami gunakan antara lain, wahyu cinta dari perenungan kisah asmara, silogisme rasional premis cinta, serta pengamatan empirikal subyek pecinta. Artinya, landasan epistemologisnya serta proses pengujiannya tergolong sahih. Berikut ini kami paparkan landasan epistemologisnya satu persatu.

Idealisme platonian
Berangkat dari idealisme platonian yang berasumsi bahwa pengetahuan pada dasarnya pengingatan kembali, maka kami mencoba menarik dari wilayah normatif filosofis ke wilayah romantisme merah jambu. Pengetahuan tentang kesadaran bercinta, pada dasarnya “pengingatan kembali” atas kisah manis serta kelabu masa lalu. Hal ini kami sebut sebagai “perenungan kisah asmara”. Dari perspektif lain, kita bisa menyebut sebagai “hikmah” atas kejadian masa lalu.
Sebelum melangkah pada landasan epistemologis kedua yakni silogisme rasional premis cinta, maka kami terlebih dahulu membahas tentang Teori Kesadaran Freire yang dikawinkan dengan dasar-dasar cinta.
Freire membagi tiga tingkatan kesadaran manusia, pertama kesadaran mistis. Kedua kesadaran naif dan ketiga kesadaran kritis. Dalam bercinta, teori Freire ini dapat diselaraskan dengan, pertama cinta mistis. Kedua cinta naif dan ketiga cinta kritis. Cinta mistis adalah persepsi ttg cinta yang irasional dan cenderung memberhalakan cinta seperti dibahas diawal tulisan ini. Cinta naif adalah suatu kondisi dimana manusia gagal memetakan cinta dalam dirinya sehingga tidak ada garis demarkasi antara cinta yang menindas dan cinta yang membebaskan . Cinta kritis adalah suatu persepsi cinta dimana cinta menjadi spirit untuk membebaskan dari segala macam keterkungkungan kemanusiaan misalnya kejombloan akut dan pemberhalaan cinta. Sehingga manusia bisa menjadi merdeka karena cinta, bukan kecewa karena cinta seperti didalam sebuah lagu dangdut yang menyedihkan.

Silogisme rasional
Landasan epistemologis berikutnya adalah silogisme rasional. Pengetahuan yang terbangun adalah hasil silogisme antara premis mayor dan premis minor yang menghasilkan konklusi. Adapun model yang digunakan adalah metode deduksi dan induksi. Sebagai contoh, menurut Rahul dalam film kuch-kuch hota hai bahwa cinta adalah persahabatan. Dengan menggunakan metode deduksi kita bisa menarik pernyataan ini kewilayah yang partikular yaitu dalam keseharian kita sebagai proses pedekate terhadap calon pasangan kita.
Lain halnya dengan Pat Kay dalam film kera sakti yang selalu mengalami kesengsaraan. Beliau mengatakan bahwa memang beginilah cinta deritanya tiada akhir, harus melawati 33 rintangan dan 99 cobaan untuk mendapatkan kitab suci kebarat bersama biksu tong. Penalaran yang digunakan adalah model induksi yang dideduksikan. Pada dasarnya premis ini muncul dari masalah besar beliau < kanda patkay guru besar jomblo sedunia>, yang kemudian dilekatkan pada seluruh pengikut beliau .

Pengamatan Empirikal
Diantara landasan epistemologi yang ada, pendekatan empiris yang paling mudah. Sebagai misal, kita dapat mengamati orang yang rela berhujan-hujanan demi seseorang. Atau kita dapat berinteraksi langsung dengan orang yang rela menyisihkan uang jajannya demi membelikan coklat seseorang. Kita juga bisa melihat seseorang yang rela menjadi tukang antar undangan atau membelikan bunga. Dengan mudah kita dapat menarik kesimpulan dibalik hal itu semua. Namun perlu ditekankan disini bahwa pengamatan empirikal hanya menangkap gerak, bentuk, tekstur, suara dan hal inderawi lainnya sebagai manifestasi dari sesuatu yang abstrak yaitu cinta. Tapi kami tidak bermaksud melakukan sakralisasi terhadap cinta.

Postulat Cinta
Setelah melalui perenungan mendalam dan teliti, sampailah kami pada sebuah postulat tentang cinta. Penemuan ini sungguh mutakhir, dan kami khawatir jika tidak dipahami dengan baik dapat dipergunakan secara tidak proporsional. Betapa tidak, cinta yang sangat ekslusif dan abstrak ternyata dapat dihitung secara matematis. Harapan kami, pada penyusunan kurikulum yang akan datang, postulat cinta ini dimuat dipelajaran matematika seperti rumus lainnya.
Adapun cinta dapat dirumuskan sebagai hasil jumlah dari Idealitas dengan Romantisme sebagai berikut


Ca = I + R

Dimana, Ca = Kualitas cinta
I = Nilai idola
R = Nilai Romantisme

Nilai Idola adalah nilai maksimum yang realistis dari idealitas terhadap lawan jenis. Dengan menggunakan skala 0-10, biasanya nilai maksimum yang realistis adalah 7-9,5, sebab yang mendapat poin sempurna <10> hanya ada dialam ide atau kalaupun ada didunia nyata, pastilah telah menjadi istrinya orang lain.
Nilai Romantisme adalah hasil kali dari kapasitas memori dengan angka kemunculan kenangan indah. Kapasitas memori adalah kemampuan untuk mengingat detil-detil kenangan indah yang mampu menusuk sukma. Sebagai misal, seseorang yang memiliki kapasitas memori 10 Gb, berarti dalam mengenang kenangan indah, ia akan tergetar sebanyak 10 kali. Angka kemunculan adalah kuantitas munculnya kenangan indah dalam sehari. Sebagai misal, seseorang yang pura-pura menyibukkan diri dengan tugas atau organisasi atau juga olahraga, memiliki angka kemunculan kenangan indah lebih rendah dari pada orang yang kuper dan sering mengurung diri dikamar. Adapun rumusnya adalah
R = M x K
Dimana M adalah kapasitas memori dan K adalah angka kemunculan kenangan indah. Berikut ini adalah contoh soal.
T adalah seseorang yang mengalami kejombloan akut. Berdasar data yang diperoleh, maka didapatkan data-data berikut. Idealitas terhadap lawan jenis = 8,5. Kualitas memorinya adalah 9 Gb dan angka kemunculan memorinya adalah 7/hari. Maka kualitas cintanya < Ca> adalah sebagai berikut
R = M x K
R = 9 x 7/hari
R = 63 poin/hari
Ca = 8,5 x 63 poin/hari
Ca = 535,5/hari

Catatan
Karena cinta juga mengalami fluktuasi seperti rupiah terhadap dollar dan juga seperti kepentingan para investor dalam melirik pasar, maka otomatis cinta pun mengalami fluktuasi. Ini berarti, kualitas cinta yang dihitung berdasarkan pada hari yang didapatkan datanya.
Dalam membahas cinta, masih ada beberapa variabel, seperti rupiah dan pasar. Jika kekuatan finansial berkurang maka otomatis mempengaruhi daya cinta dalam melakukan pedekate. Pun juga pasaran cinta, disini berlaku hukum keseimbangan pasar yakni supply n demand seperti yang dikemukakan adam smith dalam teori ekonomi makro.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar