Jumat, 02 Desember 2011

AYAT MUHKAM DAN MUTASYABIH

A. Pengertian
الر كِتَابٌ أُحْكِمَتْ آَيَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَدُنْ حَكِيمٍ خَبِيرٍ

Artinya: Alif Lam Ra’, inilah sebuah kitab yang ayat-ayatnya dimuhkamkan, dikokohkan serta dijelaskan secara rinci, diturunkan dari sisi Allah Yang Mahabijaksana lagi Mahatahu( QS. 11:1)

اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ ذَلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ

Artinya: Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik, yaitu Al-Quran yang Mutasyabih dan berulang-ulang, yang karenanya gemetarlah kulit orang-orang yang takut kepad Tuhan mereka (QS. 39:23).

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آَيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آَمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَابِ
Artinya: dialah yang telah menurunkan Al-Quran kepadamu. Diantara isinya ada ada ayat-ayat muhkam yang merupakan induk, dan lainnya mutasyabih. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti ayat-ayat yang mutasayabih untuk menimbulkan fitnah dan mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada uang mengetahui takwilnya kecuali Allah, dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: kami beriman pada ayat-ayat yang mutasyabih. Semuanya itu dari sisi tuhan kami. (QS. 3:7).

Kita melihat ayat pertama menegaskan bahwa seluruh kandungan Alquran adalah Muhkam maksudnya adalah bahwa ia itu adalah kukuh dan jelas, ayat kedua menjelaskan bahwa seluruh kandungan adalah mutasayabih, maksudnya ialah bahwa ayat-ayatnya berada dalam satu ragam keindahan, gaya, kemanisan bahasa, dan daya ungkap yang luar biasa. Sedangkan ayat ketiga membagi Al-Quran menjadi dua bagian. Yaitu muhkam dan mutasyabih.
Allah SWT memberitahukan bahwa didalam Al-Quran ada ayat-ayat muhkamat yang merupakan pokok-pokok Al-Kitab ayat muhkamat artinya ayat yang jelas dan tidak samar bagi siapapun dan mengandung ayat-ayat yang maknanya samar oleh kebanyakan orang. Dan yang lain ayat Mutasyabihat yakni ayat yang maknanya berkemungkinan sejalan dengan ayat muhkan atau sejalan dengan ayat lain dari segi lafaz dan susunanya bukan dari segi maknanya.
Kesimpulan dari ayat-ayat ini adalah:
Pertama, muhkam adalah ayat-ayat yang maksud (isyaratnya) jelas dan tegas sehingga tidak menimbulkan kekeliruan pemahaman, sedangkan ayat-ayat mutasyabih tiak demikian.
Kedua, setiap orang beriman yang kukuh imannya wajib beriman kepada ayat-ayat muhkam dan mengamalkannya. Ia juga wajib beriman kepada ayat-ayat mutasyabih, tetapi juga untuk mengamalkannya.
Para ulama berikhtilaf ihwal ayat muhkam jdan mutasyabih. Ibnu Abbas berpendapat, ayat muhkam ialah ayat yang menasakh, ayat yang berkenaan dengan yat yang halal, haram, had-had, hokum-hukum, perkara yang diperintahkan, dan yang harus dikerjakan. Dari Ibnu Abbas dikatakan pula, ayat muhkamat ialah seperti apa yang dikatakan allah dalam firmannya. “katakanlah, marilah kubacakan apa yang diharamkan atasmu oleh Tuhanmu, yaitu janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan dia”. Dan firman Allah “ dan Tuhanm,u tel;ah menetapkan, janganlah kamu menyembah kecuali kepada-nya, serat ayat-ayat yang sesudahnya”. Yahya bin Ya’mar berkata, “ Ayat muhkamat ialah yang menyangkut macam-macam kewajiban, perintah, halal, dan haram. Menurut Abu Fakhitah, ayat mutasyyabihat ialah ayat-ayat pembuka surat.
Muhkan dan Mutasyabih dalam Arti umum
Muhkam berarti sesuatu yang dikokohkan ihkam al kalam berarti mengokohkan perkataan dengan mengisahkan berita yang benar dari yang salah, dan urusan yang lurus dari yang sesat. Jadi, kalam muhkam adalah perkataan yang seperti itu sifatnya.
Dengan pengertian inilah Allah mensifati Al-Qur’an bahwa seluruhnya adalah muhkam sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya di atas.
Mutasyabih secara bahasa berarti tasyabuh yakni bila salah satu dari dua hal serupa dengan yang lain dan syubhah ialah keadaan dimana salah satu dari dua hal itu tidak dapat dibedakan dari yang lain karena adanya kemiripan diantara keduanya secaraq konkrit maupun abstak, dikatakan pula mutasyabi adalah mutasamil (sama) dalam perkataan keindahan, jadi tasyabuh al-kalam adalah kesamaan atau kesesuaian perkataan, karena sebagiaannya membetulkan sebagian yang lain.
Dengan pengertian inilah Allah mensifati Al-Quran bahwa seluruhnya adalah mutasyabih sebagaimana dijelaskan dalam surah 39:23
Dengan demikian, maka Al-Qur’an itu seluruhnya mutasyabih, maksudnya Qur’an itu sebagian kandungannya serupa dengan sebagian yang lain dalam kesempurnaan dan kkeindahannya, dan sebagiannya membenarkan sebagian yang lian serta sesuai pula maknanya, inilah yang dimaksud dengan at-tasyabuh al-‘amm atau mutsyabih dalam arti umum.

Muhkam dan Mutasyabih dalah arti khusus
Dalam Al-qur’an terdapat ayat-ayat yang muhkam dan mutasyabih dalm arti mkhusus. Mengenai pengertian muhkam dan mutasyabih terdapat banyak perbedaan pendapat. Yang terpenting diantaranya sebagai berikut:
1. Muhkam adalah ayat yang mudah diketahui maksudnya, sedang mutasyabihhanyalah diketahui maksudnya oleh Allah
2. Muhkam adalah ayat yang mengandung satu wajah, sedangkan mutasyabih mengandung banyak wajah
3. Muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui secara lagsung, tanpa memerlukan keterangan lain, sedang mutasyabiih tidak demikian; ia memerlukan penjelasan dengan merujuk pada ayat-ayat lain.
Ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh ulama tafsir mengenai muhkam dan mutasyabih :
1. As-Suyuthi, muhkam adalah sesuatu yang telah jelas artinya, sedangkan mutasyabih adalah sebaliknya.
2. Menurut Imam Ar-Razi, muhkam adalah ayat-ayat yang dalalanya kuat baik maksud maupun lafaznya, sedangkan mutasyabih adalah ayat-ayat yang dalalahnya lemah, masih bersifat muzmal, memerlukan takwil, dan sulit dipahami.
3. Menurut Manna Al-Qatthan muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui secara langsung dan tanpa memerlukan keterangan lain, sedangkan mutasyabih tidak seperti itu, ia memerlukan penjelasan dengamn menunjuk kepada ayat lain.
Dari pendapat-pendapat tentang ayat-ayat Al-Qur’an yang muhkam dan mutasyabih diatas, dapat disimpulkan bahwa ayat muhkam adalah ayat-ayat yang sudah jelas baik, lafaz maupun maksudnya sehingga tidak menimbulkakn keraguan dan keliruan bagi orang yang memahaminya. Ayat yang muhkam ini tidak memerlukan takwil karena telah jelas. Lain hal nya dengan ayat-ayat mutasyabih. Ayat-ayat mutasyabbih ini merupakan kumpulan ayat-ayat yang terdapat dalam Al-Qur’an yang masih belum jelas maksudnya, hal itu dikarenakan ayat mutasyabih bersifat muzmal (gloobal) dia membutuhkan rincian lebih dalam. Selain bersifat muzmal ayat-ayat tersebut juga bersifat mu’awwal sehingga karena sifatnya ini seseorang dapat mengetahui maknanya setelah melakukan pentakwilan.
Dari penjelasan diatas dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud muhkamat adalah ayat-ayat yang telah jelas dengan sendirinya, tegas, dan terang maknanya dan tidak mengandung keraguan didalam lafaz dan maknanya. Sedangkan yang dimaksud mutasyabihat adalah ialah ayat-ayat yang mengandung banyak penafsiran karena serupa dengan ayat-ayat lainnya baik dari segi literalnya maupun dari segi maknanya.
Mutasyabih terbagi menjadi tiga kategori:
1. Kategori mutasyabih yang sama sekali tidak ada jalan bagi manusia untuk mengetahuinya, seperti waktu kiamt, kelurnya binatang-binatang diatas muka bumi dan jenis binatang tersebut.
2. Kategori mutasyabih yang manusia memiliki kemungkinan untuk mengetahhuinya seperti kata-kata yang asing dan hukum-hukum yang ambigu.
3. Kategori mutasyabih yang berada diantara dua kategori tersebut yang hakikatnya hanya dapat diketahui oleh sebagian orang yang mendalam ilmunya, dan tidak dapat diketahui oleh selain mereka. Inilah kategori mutasyabih yang disyaratkan oleh sabda Nabi SAW:
“ ya Allah, berilah dia kefahaman didalam urusan agama, dan ajarilah dia takwil”





B. Contah-Contoh Ayat Muhkam dan Mutasyabih
1. Contoh ayat muhkam

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Artinya: “ hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seseorang laki-laki dan seorang perempuan dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal”. (Al-Hujarat: 13)

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُون
Artinya: “hai manusia, sembahlah tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”. (Al-Baqarah: 21)

وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا
Artinya: “ Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.
(Al-Baqarah: 275)
2. Contoh ayat Mutasyabih
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
Artinya: “ yaitu Tuhan Yang Maha Pemurah yang bersemayam di atas Arsy”.
(Thaha: 5)
كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ
Artinya: “ tiap-tiap sesuatu pasti binasa kecuali wajah Allah”. (Al-qashash: 88)

يَدُ اللَّهِ فَوْقَ أَيْدِيهِمْ
Artinya: “tangan-tangan Allah diatas tangan mereka”. (Al-Fath: 10)

C. Pembagian ayat-ayat mutasyabih
1. Mutasyabih daris segi Lafaz
a. Yang dikembalikan kepada lafaz yang tunggal yang sulit pemaknaannya seperti, dan . dan yang dilihat dari segi gandanya lafaz itu dalam pemakaiannya seperti lafaz
b. Lafaz yang dikembalikan kepada bilangan susunan kalimatnya yang seperti ini ada tiga macam :
1. Mutasyabih karena ringkasan kalimat, seperti firman Allah
Yang dimaksud dengan disini sudah mencakup
2. Mutasyabih karena luasnya kalimat, seperti firman Allah :
Niscaya akan lebih mudah dipahami jika diungkapkan dengan
3. Mutasyabih karena susunan kalimat, seoerti firman Allah :

Akan lebih mudah dipahami bila diunggkapkan dengan

2. Mutasyabih dari segi maknanya
Mutasyabih ini adalah menyangkut sifat-sifat Allah, sifat hari kiamat, bagaimana dan kapan terjadinya.semua sifat yang demikian tidak dapat di gambarkan secara konkret karena kejadiannya belum pernah dipahami oleh siapapunn.
3. Mutasyabih dari segi lafaz dan makna
Mutasyabih da;lam segi ini menurut As-suyuthi, ada lima macam
 Mutasyabih dari segi kadarnya, seperti lafaz umum dan khhusus

 Mutasyabih dari segi caranya, seperti perintah wajib dan sunnah

 Mutasyabih dari segi waktu

 Mutasyabih dari segi tempat dan suasana ayat itu diturunkan

 Mutasyabih dari segi syarat-syarat sehingga suatu amalan itu tergantung dengan ada atau tidaknya syarat yang dibutuhkan, misalnya ibadah shalat dan nikah tidak dapat dilaksanakan jika tidak cukup syaratnya.

D. Hikmah adanya ayat-ayat Mutasyabih
Ada seseorang yang bertanya “ mengapa Allah menjadikan ayat Mutasyabihat di dalm kitab suci-Nya, dan mengapa tidak dijadikan semua ayatnya muhkamat ?
Bagi orang yang mengetahui tabiat manusia sebagai mahluk yang memiliki kebebasan berakal, dan diberi beban kewajiban; yang tidak seperti binatang ternak, atau benda-benda padat yang dapat dibentuk; atau seperti malaikat yang diberi fitrah untuk taat tanpa pengaruh keinginnan mereka….karena manusia dapat mengaktikan kekuataan dan kemampuan aklnya.
Bagi rang yang mengetahui sifat suatu agama, dan sifat pemberian beban kewajiban yang berlaku didalamnya; yakni kewajiban yang di dalamnya terdapat beban dan jerih payah yang dimaksudkan sebagai pelatihan manusia di dunia demi kehidupannya yang abadi di akhirat, dengan adanya konsekuensi pemberia pahala dan balasan atas jerih payah itu.
Bagi orang yang mengatahui tabiat Islam yang berbicara kepada oranmg-orang yang mau mempergunakan akalnya, dan hendak menggerakkan akal mereka untuk meneliti dan melakukan ijtihad; mengkaji dan mengambil kesimpuln, serta tidak menghendaki mereka bermalas-malasan dan tidak mau berpikir.
Dan bagi orang yang mengetahui berbagai tabiat manusia diantara mereka ada yang senang terhadap bentuk lahiriah dan telah merasa cukup dengan bentuk literal suatu nash,. Ada yang memberikan perhatian kepada spiritualitas suatu nash, dan tidak merasa cukup dengan lahiriahnya; sehingga ada orang yang menyerahkan diri kepada Allah dan ada orang yang melakukan penakwilan, ada manusia intelak dan ada manusia spiritual. Karena Al-qur’an ditujukan untuk semua kalangan manusia, maka kebijakan Allah menghendaki firman-Nya mencakup semua kategori tersebut, dan mengandung berbagai petunjuk dan dalil-dalil yang memberikan bimbingan kepada kebaikan, tentunya setelah mereka berjerih payah meneliti dan mencarinya, sehingga mereka dapat mersaih derajat yang tinggi di dunia ini, dan diberi pahala di akhirat kelak.

1 komentar:

  1. Sangat berfaedah buat saya sebagai mahasiswa baru, terimakasih kakak, ilmunya bermanfaat semoga menjadi pahala yang akan terus mengalir hingga ajal menjemput 🙏 Wallahualambissawab😇

    BalasHapus