Jumat, 02 Desember 2011

METODE-METODE TAFSIR

1. Metode Tahlili
Tahllili (analisis) ialah menafsirkan Al-qur’an berdasarkan susunan ayat dan surah yang terdapat dalam mushaf. Seorang mufassir, dengan menggunakan metode ini, menganalisis setiap kosa-kata atau lafaz dari aspek bahasa dan makna. Menganalisis dari aspek bahasa meliputi keindahan susunan kalimat, ijaz, badi’, bayan, haqiqat, majaz, kinayah, isti’arah, dan lain sebagainya. Dari aspek makna meliputi sasaran yang dituju oleh ayat, hukum, akidah, moral, perinyah, larangan, perintah, relevansi, ayat sebelum dan sesudahnya, hikmah, dan lain sebagainya.
Metode tahlili merupakan cara yang digunakan oleh mefassir klasik masa lalu.
2. Metode ijmali
Secara harfiah, kata ijmali berasal dari bahasa ajmala yang berarti menyebutkan sesuatu secara tidak terperinci. Maka metode ijmali dapat diartikan kepada penjelasan maksud ayat Al-qur’an secara umum dengan tidak memperincinya, atau penjelasan singkat tentang pesan-pesan ilahi yang terkandung dalam suatu ayat. Para mufassir yang menggunakan metode ini menyajikan kepada pembaca isi kandungan ayat, tanpa mengulas secara luas sehingga mudah dipahami oleh para pembaca dan mereka merasa penafsiran tidak jauh dari konteks.
Tafsir ijmali biasanya, menjelaskan makna ayat secara berurutan; ayat denmia ayat dan surah demi surah sesuai dengan urutan mushaf usmani. Dan terkadang juga mufassir menjelaskan sebab turun ayat.
3. Metode Mawdhu’i
Mawdhu’I (tematik) ialah menafsirkan ayat tidak berdasarkan atas urutan ayat dan surah yang terdapat dalam mushaf, tetapi berdasarka masalah yang dikaji. Mufassir dengan menggunakan metode ini, menentukan permasalahan yang aka dicari jawabannya dalam Al-qur’an. Kemidian, dia mengumpulkan ayat-aya yang berkenaan dengan masalah tersebut yang tersebar dalam berbagai surah.
Ada beberapa langkah yang mesti ditempuh seorang mufassir ketika menggunakan metode ini, yaitu:
a. Menenukan permasalahan atau topic yang kan dikaji
b. Menentukan kata kunci mengenai permasalahan itu dan padanannya dalam Al-quran
c. Mengumpulkan ayat-ayat yang berbicara mengenai topic tersebut, yang tersebar dalam berbagai surah
d. Menyusun ayat-ayat itu sesuai dengan kronogis turunnya (jika memungkinkan)
e. Menjelaskan maksud ayat tersebut berdasarkan penjelasan ayat yang lain, perkataan Nabi, sahabat, dan analisis bahasa
f. Membuat suatu kesimpulan tentang jawaban permasalahan yang terkandung dalam topic yang dibahas.
Metode tematik dapat pula didasarkan atas suatu surah, seperti tafsir Surah Al-baqarah. Artinya, nama surah itu dijadikan tema yang akan diperbincangkan dalam suatu karya tafsir. Karena nama surah diangkat menjadi suatu tema, maka ayat-ayat yang terdapat didalamnya memperbincangkan hal-hal ynag berkaitan antara satu dengan yang lain. Oleh sebab itu, penafsiran ini mesti ditunjang oleh ilmu munasabah yang dapat membantu mufassir melihat hubungan atau keserasian ayat-ayat tersebt.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar