Selasa, 29 November 2011

TAFSIR BIL MA’TSUR DAN TAFSIR BI RA’YI

A. Tafsir bi Al-Ma’sur
Tafsir bi ma’sur ialah tafsir yang berdasarkan pada kutipan-kutipan yang shahih menurut urutanyang telah disebutkan dimuka dalam syarat-syarat mufasir. Yaitu menafsirkan Al-qur’an dengan Al-Qur’an, dengan sunnah karena ia berfungsi menjelaskan Kitabullah, dengan perkataan sahabat karena merekalah yang paling mengetahui KItabullah, atau dengan apa yang dikatakan tokoh-tokoh besar tabi’in karena pada umumnya mereka menerimanya dari para sahabat .
Periodesasi perkembangan tafsir bi ma’sur ini ada dua periode atau tahap:
Pertama, periode lisan, periode ini lazim disebut periode periwayatan. Pada periode ini, para sahabat menukil dan mengembil penafsiran dari Rasulullah SAW atau oeh sahabat dari sahabat, atau oleh tabi’in dari sahabat, dengan cara penukilan yang daapt dipercaya, teliti, dan memperhatikan jalur periwayatan. Cara semacam ini berlangsung sampai periode berikutnya dimulai.
Kedua, periode Tadwin (kodifikasi-penulisan). Pada periode ini, tafsif bi ma’sur, yang proses penukilannya pada periode pertama, dicatat dan dikodifikasikan. Pada mulanya kodifikasi tersebut dimuat dalam kitab-kitab hadits. Setelah tafsir menjadi disiplin ilmu yang otonom, maka ditulis dan terbitlah karya-karya tafsir yang secara khusus memuat tafsir bi al-ma’sur, lengkap dengan jalur sanad sampai Nabi SAW, kepada para sahabat, tabi’in, dan tabi’I al- tabi’in.
Dengan demikian maka tafsir bi ma’sur adaalh tafsir Al-qur’an dengan Al-qur’an, penafsiran Al-Qur’an dengan sunnah, atau penafsiran Al-Qur’an menurut atsar yang timbul dari kalangan sahabat.
a. Penafsiran Al-Qur’an dengan Al-Qur’an
Contoh:
1. Penafsiran Al-Qur’an dari firman Allah:
أُحِلَّتْ لَكُمْ بَهِيمَةُ الْأَنْعَامِ إِلَّا مَا يُتْلَى عَلَيْكُمْ
“dihalalkan bagimu binantang ternak…….” (AL-Maidah : 1)
Dijelaskan oleh firman Allah
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ
“diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan sebagainya”. (Q.S Al-Maidah: 3)

2. Firman Allah:
وَالسَّمَاءِ وَالطَّارِقِ
“demi langit dan yang datang pada malam hari” (QS. At-Tariq: 1)
Kata At-Tariq dijelaskan dengan firman-Nya lebih lanjut pada surat itu pula:
النَّجْمُ الثَّاقِبُ
“(yaitu) binatang yang cahayanya menembus” (QS. At-Tariq: 3)
3. Firman Allah:
فَتَلَقَّى آَدَمُ مِنْ رَبِّهِ كَلِمَاتٍ فَتَابَ عَلَيْهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
“kemudian Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang” (Q.S. Al-Baqarah: 37)

Kalimat ynag diterima Adam ditafsirkna dengan ayat:
قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“keduanya berkata (Adam dan Hawa), “wahai Tuhan kami, kemi telah menganiaya diri kami, andai kata Kamu tidak memaafkan dan mengasihi kami, niscaya kami termasuk orang-orang yang rugi.” (Q.S Al-A’raf: 23)
4. Contoh lain tentang penafsiran Al-Qur’an dengan Al-Qur’an adalah firman Allah;
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannnya (Al-Qur’an)pada malam yang penuh barakah”(Q.S. Ad-Dukhan: 3)

Penafsiran ialah Mubarakah adalah lailatul qadar.
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesunguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan.” (Q.S. Al-Qadar: 1)

b. Tafsir Al-Qur’an dengan Sunnah
1. Rasulullah SAW. Menjelaskan “zalim dengan syirik dalam firman Allah;
الَّذِينَ آَمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. Al-An’am: 82)

Rasulullah saw menafsiran kata بِظُلْمٍ dalam ayat tersebut dengan الشِّرْكَ . penafsiran ini selaras dengan penegasan Allah dalam surat Luqman, yang berbunyi:
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“ Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah kezaliman yang besar.”
(Q.S. Luqman: 13)
2. Rasul SAW, menafsirkan حِسَابًا يَسِيرًا dengan العرصmenampilkan perbuatan/ ember contoh kepada orang mukmin dan mengingatkan saja. Hal ini diperoleh dari kata-kata beliau:
من نو قس ا لحسا ب عذ ب
“Barang siapa yang menyalahi perhitungan, niscaya akan disiksa.”
Aisyah berkata kepada Nabi, “ Ya Rasulullah, bukankah berkenaan dengan hal itu, Allah telah berfirman:
فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِه فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا
“Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan ia akan kemali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira.” (QS. Al-In-Syiqaq: 7-9)
Nabi menjawab (حِسَابًا يَسِيرًا ) disitu adalah ( من نوقس احساب عذب), sedangkan orang yang menyalahi hisab, niscaya akan disiksa.

2. Rasulullah menasirkan salat wusta dalam berfirman Allah:
حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلَاةِ الْوُسْطَى
“Peliharalah segala salat (periharalah) salat wusta.” ( Q.S. Al-baqarah: 238)
Dengan salat asar.

3. Contoh lain tafsir Nabi SAW. Tentang tambahan dalam firman Allah SWT.
لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ
“Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya.” (Q.S. Yunus: 26)
Beliau menafsirkan dengan memandang kepada Zat Allah Yang Mulia.
4. Tafsir firman Allah
5. يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا
“Pada hari itu bumi menceritakan beritanya.” (Q.S. Al-Zazalah: 4)
Beliau bebrsabda, “apakah kalian mengetahui kejadiannya? “mereka (para sahabat) menjawab”, Allah dan Rasul-Nya yang lebiuh mengetahuinya’. Rasul menjawab, “kalian akan menyaksikan setiap hamba atau umat harus bertanggung jawab terhadap perbuatan yang telah dikerjakan, kalian akan mengatakan aku mengerjakan pada hari anu dan anu…”

c. Tafsir Sahabat
Tafsir sahabt ini juga termasuk yang muktamad (dapatdijadikan pegangan) dan dapat diterima, karena para sahabat pernah berkumpul dengan Nabi SAW. Dan mereka mengambil dari sumbernya yang asli dan telah menyaksiakn turunnya wahyu dan turunnya Al-Quran, serta mengetahui asbabaun nuzul. Mereka memiliki tabiat jiwa yang murni, fitrah yang lurus dan berkedudukan tinggi dalam hal kefasikan dan kejelasan berbicara. Mereka memiliki kemampuan dalam memahami kalam Allah. Dan hal ini yang ada pada tentang rahasia-rahasi Al-Qur’an sudah tentu akan melebihi orang lain.
Untuk melihat contoh penggunaan “aqwaliush shahabah’ dalam menafisrkan Al-Qur’an, dapat diamati tafsir Ibn Jarir Ath-Thabary, disana tidak saja banyak dinukilkan dari para sahabat tapi juga dari para tabi’in.

d. Tafsir Tabi’in
Adapun tentang kedudukan tafisr tabi’in, ada perbedaan pendapat. Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa tafsir tabi’in itu ttermasuk tafsir ma’sur karena sebagian besar pengemabilannya secara umum dari sahabat., dan menurut ulama yang lainnya berpendapat bahwa tafsir tabi’in termasuk tafsir ra’yi atau akal., dengan penegrtian bahwa kedudukannya sama dengan kedudukan mufassir lainnya (selain Nabi dan sahabat). Mereka menafsirkan Al-qur’an sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab tidak berdasarkan pertimbangan dari atsar (hadits0. Oleh sebab itu, otoritas mereka sebagai sumber penafsiran Al-qur’an bil ma’sur masih diperdebatkan. Ibnu Syibah dan Ibnu Aqli adalah ulama yang menolak otoritas mereka.
Berkenaan dengan otoritas itu pula, Abu Hanifah berkata pula.
“Apa yang datang dari Rasulullah harus diterima, dan apa yang adatang dari tabi’in, kita menyikapinya mereka adalah laki-laki dan kamipun laki-laki”.k bin mujahin, Abi Al-Aliyyah Al-rayyah, hassan Basri, dan Ikrimah menerima otoritas mereka karena umumnya mendengar langsung dari sahabat.
Namun, mayoritas ulama, seprti Ad-Dahhak bin Al-Mujahin, Abi Al-Aliyyah Al-rayayah, Hasan Basri, dan Ikrimah menerima otoritas merekam karena umumnya mendengar langsung dari sahabat.

Adapun penafsiran Al-qur’an dengan maksur dan sahabat atau tabi’in ada masih mengendung beberapa kelemahan kerana berbagai segi:
1. Canpur baur antara yang sahih dan yang tidak sahih, serta banyak mengutip kata-kata yang dinisbatkakn kepada sahabat atau tabi’in tanpa memiliki sandaran dan ketentuan, sehingga menimbulkan pencampurpaduan antara yang hak dan yang batil.
B. Tafsir bil Ra’yi
Secara etimologi, ra’yi berarti keyakinan (I’tiqad), analogi (qiyas), dan ijtihad. Dan ra’yi dalam terminologi tafsir adalah ijtihad. Dengan demikian, tafsir bi ra’yi (disebut tafsir ad dirayah) sebagai mana didefinisikan adz-Dzahabi- adalah tafsir yang penjelasannya diambil berdasarkan ijtihad dan pemikiran mufassir setelah mengetahuii bahasa Arab dan metodenya, dalil hukum yang ditunjukkan, serta problema penafsiran, seperti asbab nuzul, dan nasikhdan mansukh kita tilik bahwa salah satu sumber penafsiran pada masa sahabat adalah ijtihad.
Diantara penyebab yang memicu munculnya corak tafsir bi ra’yi adalah semakin majunya ilmu-ilmu keislaman yang diwarnai dengan kemunculan ragam disipilin ilmu, karya-karya para ulama, aneka warna metode penafsiran, dan pakar-pakar di bidangnya masing-masing. Kemunculan tafsir bi ra’yi dipicu pula oleh hasil interaksi umat Islam dengan peradaban Yunanai yang banyak menggunakan akal. Oleh karena itu, dalam tafsir bi ra’yi ditemukan peranan akal yang sangat dominan.
Ta’fsir Al-Ra’yi terbagi dalam dua bagian
Pertama, tafsir Mahdum, aialah tafsir yang sesuai dengan tujuan syara, ajuh dari kajahilan dan kesesatan, sejalan dengan kaidah-kaidah bahasab Arab serta berpegang pada usluib-uslubnya dalam memahami teks Al-Qur’an. Barang siapa yang menafsirkan Al-qur’an menurut ra’yunya dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan tersebut serta berpegang pada makna-makna Al-Qur’an maka pennafsirannya dapat diambil.
Kedua tafsir azmum ialah bila Al-Qur’an ditafsirklan tanpa ilmu atau menurut sekehendak hatinya tanpa mengetahui dasar-dasar bahasa dan syari’at, atau Kalam Allah itu ditafsirkan menurut pendapat yang salah dan sesat, atau mendalami kalam Allah hanya berdasarkan pengetahuannya semata-mata, diamana ia menyatakan bahwa Kalam Allah itu maksud nya ini dan itu, tafsir semacam ini adaallh tafsir yang salah.
Secara ringkas, tafsir mahmud adaalh tafsir yang pengarang ketentuan-ketentuan bahasa dan mendalami uslubnya serta mengetahui ketentuan-ketentuan syari’at. Sedangkan, tafsir mazmum ialah tafsir yang dilakukan menurut sekehendak hati pengeranganya yang berada dalam kejahilan dan kesesatan, misalnya tafsir yang dikemukakan oleh sebagian orang yang mengaku pandan tentang firman Allah SWT:
يَوْمَ نَدْعُوا كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ
“Ingatlah suatu hari (yang dihari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya”. (Q.S. Al-Isra’: 71)
Mereka berkata bahwa maksud firman Allah SWT, diatsa dalah ‘Allah Ta’ala memanggil manusia pada hari kiamat dengan nama ibunya karena menutupi mereka “, mereka menafsirkan kata imam dengan umahat (ibu) dengan pendapat bahwa imam adalah jamak dari umum padahal menurut ketentuan bahasa Arab tidak demikian, karena jamak umum adaalh umahaat sebagaimana dalam firman Allah SWT;
وَأُمَّهَاتُكُمُ اللَّاتِي أَرْضَعْنَكُمْ
“Dan ibu-ibumu yang menyusui kamu”. (Q.S. An-Nisa; 23)
Bentuk jamak dari ummum itu bukanlah kata imam. Karena itu, poengertian di atas menurut bahasa dan syara’ tidaklah benar. Yang dimaksud dengan imam disana adalah Nabi yang diikuti oleh umatnya atau catatan amal, dengan alasan firman Allah;
فَمَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَأُولَئِكَ يَقْرَءُونَ كِتَابَهُمْ وَلَا يُظْلَمُونَ فَتِيلًا
“Barang siapa yang diberi kitab pada tangan kanannya, mereka bisa membaca kitabnya dan mereka tiada sesat”. (Q.S. AL-Isra: 71)

وَمَنْ كَانَ فِي هَذِهِ أَعْمَى فَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ أَعْمَى وَأَضَلُّ سَبِيلًا
“ Dan barang siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan yang benar”. (Q.S. Al-Isra: 72)
فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ
“….Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati dalam dada”. (Q.S. Al-Hajj; 46)
الَّذِينَ آَمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
Al-An’Am: 82
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Al-Lukman : 13

C. Tafsir Isyarah
Tafsir isyarah adaalh penafsiran Al-Qur’an yang berlainan menurut zahir ayat karena adanya petunjuk-petunjuk yang tersirat dan hanya diketahui oleh sebagian ulalma, atau hanya diketahui oleh orang-orang yang mengenal Allah. Dalam tafsir ini, para mufassir berpendapat dengan makna lain tidak sebagaimana ynag tersurat daalm Al-Qur’an, tetapi penanfsiran tersebut tidak diketahui oleh setiap insan, kecuali mereka yang hatinya telah dibukakan dan disinari oleh Allah, dan termasuk golongan orang yang salleh.
Tafsir isyari ini jika memasuki isyarat-isyarat yang samamr akan menjadi suatu kesesatn. Tetapi selama ia merupakan istinbat yang baik dan sesuai dengan apa yang ditunjukkan oleh zahitr bahasa Arab serta didukung oleh bukti kesahihannya, tanpa pertentangan, maka ia dapat diterima.
Contoh tafsir isyari yang salah
Dalam tafsiran hadits hadis, “bersahurlah kalian karena sahur itu mengandung barakah’. Mereka menafsirkan sahur dengan istigfar pada waktu sahur. Dan contoh lainnya seperti itu sehingga mereka memutarbalikkan Al-Qur’an dari awal samppai akhir dari bentuk lahirnya yaitu dari tafsir yang manqul, baik dari Ibnu Abbas maupun dari ulama-ulama lainnya. Penafsiran semacam ini jelas keliru.
Tafsir isyari dapat diterima bila memenuhi persyartan-persyaratan sebagai berikut:
1. Tidak bertentangan dengann makna zahir ayat.
2. Maknanya itu sendiri sahih,
3. Pada lafal yang ditafsirkan terdapat indikasi bagi (makna isyari) tersebut,
4. Antara makna isyari dengan makna ayat terdapat hubungan yang erat.
Tanpa syarat-syarat tersebut diatas, tafsir isyari tidaklah dapat diterima, yang berarti termasuk tafsir berdasarkan seenaknya (menurut hawa nafsu dan ra’yu) yang dilarang. Allah-lah yang memberikan taufik dan hidayah jalan yang benar.

MEMBUAT PERUMPAMAAN (SIMULASI)

A. Redaksi Hadits
حَدَّثَنَا مُحَمّدُ بْنُ الْعُلاَءِ حَدَثَّنَا أَبُوْ أُسَامَةَ عَنْ بُرَيْدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ عَنْ أَبِي بَرْدَةَ عَنْ أَبِي مُوْسَى رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ "مَثَلُ الَّذِيْ يَذْكُرُ وَالَّذِيْ لاَ يَذْكُرُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ".

B. Terjemah Hadits
Artinya : ” Telah menceritakan kepada kita Muhammad bin ‘Ala’, telah menceritakan kepad kita Abu Usamah, dari Buraid ibn Abdillah dari Abi Barda’ dari Musa Radliyallahu ‘Anhu, dia berkata, bahwa Rasulullah SAW.bersabda “Perumpamaan orang-orang yang mengingat (Tuhannya) bagaikan perbedaan antara orang yang hidup dan orang yang mati ”.

C. Tinjauan Bahasa
Menyebut, mengingat: يَذْكُرُ
Hidup : الْحَيُّ
Mati : المَيِّتُ
مَثَلُ : Perumpamaan

D. Syarah Hadits
- Sekilas Tentang Perumpamaan
Metode Perumpamaan adalah metode yang mengembangkan kemampuan analisis dalam rangkan menemukan makna. sesuatu adalah sifat sesuatu itu yang menjelaskan dan menyingkap hakikatnya atau apa yang dimaksudkan untuk dijelaskannya , baik na’atnya maupun ahwâlnya. Kadang-kadang perumpamaan sesuatu yaitu penggambaran dan penyingkapan hakikatnya dengan jalan majaz atau hakikat dibukukannya dengan mentasybihkannya (penggambaran yang serupa). Al-Qur’an surah Al-baqarah ayat 26 menyebutkan:
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَحْىِ أَن يَضْرِبَ مَثَلاً مَّا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا ( البقرة : ۲٦ )
" Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu.........” (QS.Al-Baqarah : 26).
Allah tidak akan segan membuat perumpamaan dengan sesuatu yang ia kehendaki, misalnya dengan nyamuk atau atau yang lebih rendah darinya. Dan orang yang beriman, ketiak mendengar perumpamaan ini, ia akan meyakini bahwa perumpamaan ini datangnya dri Allah, setiap perumpamaan yang dibuat oleh Allah akan membuat orang yang beriman semakin bertambah keimanannya.
Dalam suatu pembicaraan, untuk menjelaskan sesuatu hal. Si pembicara menyebutkan sesuatu sesuai dan menyerupai persoalan tersebut sambil menyingkap kebaikan atau pun keburukannya tersebut. Perumpamaan dalam hal ini dimaksudkan untuk mempengaruhi dan memberikan kesan, seakan-akan si pembuat perumpamaan mengetuk telinga si pendengar dengan perumpamaan itu, sehingga pengaruhnya menembus qalbunya sampai ke dalam lubuk jiwanya.
Dari uraian di atas bisa diketahui bahwa perumpamaan-perumpamaan yang terdapat di dalam Al-Qur’an ataupun dalam bahasa, mempunyai makna antara lain :
a. Menyerupakan sesuatu kebaikan atau keburukannya dimaksudkan kejelasannya dengan memberikan tamsil dengan sesuatu yang lainnya yang kebaikan atau kehinaannya telah diketahui secara umum, seperti menyerupakan orang-orang musyrik yang menjadikan pelindung-pelindung selain Allah dengan laba-laba. Hal ini seperti halnya terdapat dalam ayat Al-Qur’an :
مَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِ اللهِ أَوْلِيَآءَ كَمَثَلِ الْعَنكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنكَبُوتِ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ ( العنكبوت :٤١).
“ Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah laba-laba yang membuat rumah.Dan sesungguhnya rumah yang paling lemah ialah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.” (QS. Al-Ankabut : 41).
b. Mengungkapkan sesuatu keadaan dengan dikaitkan kepada lain yang memiliki titik persamaan untuk menandaskan perbedaan antara keduanya, seperti firman Allah yang terjemahannya sebagai berikut, “Orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah, Allah menghapus perbuatan-perbuatan mereka. Dan orang-orang yang beriman (kepada Allah) dan mengerjakan amal-amal saleh dan beriman (pula) kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang hak dari Rabb mereka, Allah menghapus kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka. Yang demikian adaah karena sesungguhnya orang-orang kafir mengikuti yang batil dan sesungguhnya orang-orang yang beriman mengikuti yang hak dari Rabb mereka. Demikianlah Allah membuat untuk menusia perbandingan-perbandingan bagi mereka.” (QS.Muhammad ( 47):1-3).
Dalam ayat tersebut, Allah menjelaskan ihwal mereka dengan menunjukkan perbedaan yang tegas di antara kedua golongan itu, orang-orang kafir akan sia-sia amalnya, sedangkan orang yang beriman kepada Allah, akan dihapuskan dari kesalahan-kesalahannya. Padahal, diantara kedua kaum itu terdapat titik persamaan yaitu bahwa masing-masing kaum adalah manusia yang juga diberi akal oleh Allah, dan kepada mereka diutus seorang rasul. Namun, meskipun demikian terdapat perbedaan yang besar antara keduanya dari segi perbuatannya, karena masing-masing menempuh jalan yang berlainan dan mengambil cara yang berbeda dengan yang diambil pihak lain. Demikianlah makna perumpamaan tersebut di atas.
c. Menjelaskan kemustahilan adanya keserupaan antara dua perkara, yang oleh kaum musyrikin dipandang serupa. Sebagai contoh, dalam Al-Qur’an ditemukan tamsil yang menandaskan perbedaan antara sembahan kaum musyrikin dengan al-khâliq, dengan menandaskan bahwa tuhan-tuhan kaum musyrikin tidak berakal, apalagi bila dianggap sebanding dengan al-khâliq.
- Hubungan Hadits Dengan Pendidikan
Perumpamaan bukan hanya sekedar karya seni yang dimaksudkan untuk memberikan keindahan kesusastraan mereka, melainkan mempunyai tujuan psikologis pedagogis, maknanya serta tujuannya yang luhur tersingkap dengan jalan menarik kesimpulan dari perumpamaan-perumpamaan itu. Disamping itu, dengan penarikan kesimpulan tersebut akan tersingkap pula mukjizat keindahan kesusastraan serta cara penyampaian pesan yang relevan.
Dalam hal ini guru dituntut untuk lebih terampil membuat berbagai macam perumpamaan yang bervariasi dalam menyampaikan pelajaran agar para peserta didik tidak bosan dalam melaksanakan pelajaran. Dengan senangnya murid dengan pelajaran yang kita sampaikan maka pelajaran akan mudah siswa tangkap dan secara otomatis proses pembelajaran yang kita lakukan berhasil karna siswa mengerti dengan apa yang kita sampaikan. Karenanya dalam proses belajar mengajar guru tidak boleh membosankan agar para siswa tidak mengantuk dan perhatiaannya berkurang akibatnya tujuan belajar itu sendiri tidak tercapai, maka dalam hal ini guru memerlukan variasi dalam mengajar siswa.
Simulasi diartikan sebagai tiruan atau perbuatan yang pura-pura saja. Seorang guru mensimulasikan sikap orang tua yang otoritas, berarti guru itu menunjukkan kepada para peserta didiknya, cara orang tua yang otoritas itu dalam menghadapai peserta didiknya dengan jalan berbuat seolah-olah sebagai orang tua yang otoriter . Dengan simulasi diharapkan agar para peserta didik dapat memperoleh kecakapan bersikap dan bertindak dalam menghadapi situasi yang sebenarnya. Dapat disimpulkan bahwa metode simulasi adalah suatu usaha untuk memperoleh pemahaman akan hakikat dari suatu keterampilan tertentu melalui proses kegiatan latihan dalam situasi berpura-pura. Beberapa kemudahan yang akan diperoleh oleh murid bila guru dalam menjelaskan dengan menggunakan metode perumpamaan atau metode simulasi ini diantaranya :
1. Dengan adanya perumpamaan atau simulasi, seorang guru akan mengibaratkan perkara/sesuatu yang abstrak dengan sesuatu yang konkrit, sehingga para siswa yang diajarnya memahami kandungan makna yang abstrak/susah itu. Seperti halnya ketika Rasulullah berlalu di sebuah pasar dan melihat orang-orang yang sedang memperebutkan keuntungan dan kepentingan yang semata-mata bersifat duniawi, maka Rasulullah membuat perumpamaan bagi mereka dimana Rasulullah SAW. mengumpamakan kehinaan dunia dalam pandangan Allah dengan kehinaan anak kambing yang mati.
2. Sebagaimana yang dikatakan dalam teori belajar menurut Thorndike bahwa belajar adalah proses interaksi anatara stimulus (rangsangan) dan respon. Stimulus apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaaan atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat undera. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belaljar, baik itu berupa pikiran, perasaan, atau gerakan dan tindakan. Dengan adanya perumpamaan yang dibuat oleh seorang guru, akan dapat merangsang kesan dan pesan yang berkaitan dengan penjelasan yang tersirat dalam perumpamaan tersebut. Artinya, dengan perumpamaan itu, para siswa akan menangkap pesan dan kesan tersendiri, sehingga dengan pesan yang didapatnya itu akan membantu mengingat penjelasan yang dituturkan seorang guru. Namun, untuk menghindari perbedaan daya tangkap pesan para siswa, seorang guru haruslah memberikan gambaran-gambaran yang jelas, yang mudah ditangkap, dan sekiranya bisa dimengerti oleh siswa. Kemudian pada akhir jam pengajaran, perumpamaan yang dibuat guru itu harus disimpulkan dan dikonsepkan sehingga para siswa tidak salah arah dan kabur dalam memahami perumpamaan tersebut.
3. Dengan adanya perumpamaan itu, akan dapat menggugah dan menumbuhkan berbagai perasaan ketuhanan/religious. Timbulnya berbagai perasaan tersebut bertemu dengan timbulnya perasaan senang terhadap kandungan makna yang terdapat dalam perumpamaan itu . Seperti halnya perasaan senang menerima pahala dari Allah dan perasaan mulia dengan menerima kemurahan, serta karunia nikmat-Nya.
4. Dengan adanya perumpamaan, secara tidak langsung akan mendidik akal siswa supaya berfikir benar dan menggunakan silogisme yang logis dan sehat.
5. Aktivitas simulasi (perumpamaan) menyenangkan peserta didik sehingga peserta didik secara wajar terdorong untuk berpartisipasi. Dengan perumpamaan siswa akan lebih senang dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
6. Perumpamaan merupakan motif yang menggerakkan perasaan, menghidupkan naluri yang selanjutnya menggugah kehendak dan mendorongnya untuk melakukan amal yang baik dan menjauhi segala kemungkaran. Dengan cara demikian, perumpamaan itu merupakan andil dalam alat pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam mendidik manusia agar bertingkah laku baik, serta menghindarkan diri dari kecenderungan berbuat jahat. Dengan demikian, orang baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat akan terjaga untuk hidup secara lurus, sehingga siswa yang mampu menghisap inti sari yang tersirat dalam perumpamaan itu akan dapat berjalan di atas jalannya sendiri. Ia akan mampu merealisasikan pola budaya yang tinggi dalam rangka menciptakan ketentraman dan keadilan bagi manusia lainnya. Oleh karena itu, hendaknya pendidik berusaha melaksanakan pendidikan tingkah laku, kehendak yang baik dan kecenderungan berbuat baik.
Kelebihan metode simulasi ini antara lain adalah:
1. Aktivitas simulasi menyenangkan peserta didik
2. Strategi ini mrnggalakkan guru untuk mengembangkan aktivitas-aktivitas simulalsi tanpa bantuan peserta didik
3. Mengurangi hal-hal yang terlalu abstrak, sebab dikerjakan dalam bentuk aktivitas
4. Strategi ini menimbulkan respon yang positif dari para siswa yang lamban kurang cakap dan kurang motivasinya.

Sedangkan kelemahannya antara lain adalah:
1. simulasi ini menghendaki banyak imaginasi dari guru dan peserta didik.
2. Pengelolahan yang kurang baik. Sering simulasi di jadikan sebagai alat hiburan sehingga tujuan pembelajaran menjadi terabaikan.

KOMPETENSI DAN PEMBERDAYAAN GURU

Kompetensi Guru

Dalam kamus Bahasa Indonesia, kata kompetensi diartikan sebagai kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan) sesuatu, sedangkan kata kompeten berarti cakap (mengetahui) ; berwenang ; berkuasa (memutuskan, menentukan) sesuatu.
Menurut Muhaimin, kompetensi adalah seperangkat tindakan inteligen penuh tanggungjawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Sifat inteligen harus ditunjukkan sebagai kemahiran, ketepatan, dan keberhasilan bertindak. Sifat tanggungjawab harus ditunjukkan sebagai kebenaran tindakan, baik dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi maupun etika. Dalam arti tindakan itu benar ditinjau dari sudut ilmu pengetahuan, efisien, efektif, dan memiliki daya tarik dilihat dari sudut teknologi ; dan baik ditinjau dari sudut etika.
Kompetensi dalam bahasa Inggris disebut competency, merupakan kebulatan penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang ditampilkan melalui unjuk kerja, yang dicapai setelah menyelesaikan suatu program pendidikan. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru, pasal 2 disebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Jadi, kompetensi yang dimaksud adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diaktualisasikan oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Beberapa kata kunci yang terdapat dalam pengertian tersebut sebagai berikut.
1. Pengetahuan yang dimaksud dalam kompetensi guru adalah penguasaan, pemahaman disiplin ilmu yang menjadi tanggung jawabnya, dan ilmu kependidikan.
2. Keterampilan atau psikomotorik, yaitu kemahiran dalam menjalankan, mengoperasikan tugas, fungsi dan peran sebagai pendidik.
3. Sikap, merupakan bagian dari kepribadian yang menentukan kecenderungan bertindak dalam menghadapi, menjalankan peran, tugas, dan fungsinya sebagai pendidik.

Dalam pasal 28 Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dinyatakan bahwa pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial.
a. Kompetensi Pribadi
Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal, sehingga guru sering dianggap sebagai model atau panutan. Sebagai model, guru harus memiliki kompetensi yang berhubungan dengan pengembangan kepribadian (personal competencies), diantaranya sebagai berikut.
1. Kemampuan yang berhubungan dengan pengamalan ajaran agama sesuai dengan keyakinan agama yang dianutnya.
2. Kemampuan menghormati, menghargai antar umat beragama dan berperilaku sesuai dengan norma atau aturan yang berlaku di masyarakat.
3. Mengembangkan sikap-sikap terpuji sebagai seorang guru.
4. Bersikap demokratis dan terbuka terhadap pembaharuan dan kritik.
b. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah kompetensi atau kemampuan yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan. Beberapa kemampuan yang berhubungan dengan kompetensi ini diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Kemampuan menguasai landasan kependidikan, misalnya paham akan tujuan kependidikan yang harus dicapai.
2. Pemahaman tentang psikologi pendidikan, misalnya paham tentang tahapan perkembangan siswa.
3. Kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran, mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi pembelajaran.
4. Kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar.
5. Kemampuan melaksanakan evaluasi dan menyusun program pembelajaran.
6. Kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang, misalnya bimbingan dan penyuluhan.
7. Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah untuk meningkatkan kinerja.
c. Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan teknis guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik. Kompetensi yang dimaksud adalah kemampuan pemahaman tentang peserta didik secara mendalam dan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik. Beberapa kemampuan yang berhubungan dengan kompetensi ini diantaranya adalah sebagai berikut .
1. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan.
2. Pemahaman terhadap peserta didik.
3. Pengembangan kurikulum atau silabus.
4. Perancangan pembelajaran.
5. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
6. Pemanfaatan teknologi pembelajaran.
7. Evaluasi hasil belajar.
8. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
d. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut.
1. Berkomunikasi lisan, tulisan, dan isyarat secara efektif.
2. Bergaul secara efektif.
3. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional.
4. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

Secara teoretis, keempat jenis kompetensi di atas dapat dipisah-pisahkan satu sama lain, namun secara praktis sesungguhnya kompetensi-kompetensi tersebut saling menjalin secara terpadu dalam diri seorang guru. Oleh karena itu, guru yang terampil harus mampu menguasai dan menerapkan kompetensi-kompetensi tersebut secara utuh.

Pentingnya kompetensi guru
Pentingnya kompetensi guru bagi seorang guru adalah sebagai berikut.
1. Kompetensi dapat dijadikan sebagai dasar / alat untuk merumuskan kriteria penyeleksian dalam rangka penerimaan dan penempatan seorang guru. Kriteria ini sangat diperlukan bagi para administrator dalam memilih guru yang dapat diterima dan ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dari sekolah yang bersangkutan.
2. Kompetensi sebagai alat pembinaan guru. Agar terbentuk guru professional maka diperlukan pembinaan terhadap guru tersebut sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.
3. Kompetensi guru dalam penyusunan kurikulum di lembaga-lembaga pendidikan guru. Kurikulum pendidikan guru harus disusun atas dasar kompetensi yang diperlukan oleh setiap guru agar kelak guru tersebut mampu menjalankan tugas dan tanggung jawab sebaik mungkin.
4. Kompetensi sebagai tolak ukur dalam merumuskan kegiatan dan hasil belajar siswa. Proses belajar dan hasil belajar siswa tidak hanya ditentukan oleh sekolah, kurikulum dsb, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru di sekolah tersebut. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan dan kondisi belajar siswa yang optimal.

Pengembangan Kompetensi Guru

Banyak cara yang dapat dilakukan sebagai upaya pengembangan kompetensi guru, salah satunya adalah melalui lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan guru merupakan suatu lembaga yang selalu mendapat perhatian, baik oleh para ahli pendidikan maupun oleh para administrator dalam sektor pendidikan. Hal ini dikarenakan lembaga pendidikan bertugas mempersiapkan calon guru sekaligus sebagai wadah pengembangan kompetensi guru.
Pengembangan kompetensi guru telah dilaksanakan pada tahun 1976. Pengembangan tersebut diselenggarakan melalui kurikulum SPG (Sekolah Pendidikan Guru), program penataran guru, dan berbagai usaha yang dilakukan oleh LPTK, IKIP beserta lembaga pendidikan lain .
SPG berfungsi mempersiapkan calon guru untuk mampu mengajar di sekolah dasar. Pengembangan kompetensi guru di SPG terutama dilaksanakan dalam program pendidikan keguruan, pengembangan kompetensi melalui kegiatan-kegiatan pendidikan dan dalam bidang ilmu kependidikan serta latihan simulasi praktek mengajar.
Pada tahun 1977, sebagai upaya inovasi pendidikan, maka pemerintah menyelenggarakan program penataran guru sekolah dasar untuk menyesuaikan kemampuan guru SD dengan tuntutan kurikulum pada saat itu (kurikulum SD 1975). Program penataran ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi profesional guru-guru sekolah dasar dalam aspek-aspek : penguasaan kurikulum SD, penguasaaan materi per bidang studi, kompetensi dalam pendekatan metode mengajar,penggunaan dan pembuatan alat peraga pendidikan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum SD 1975.
IKIP sebagai institusi pendidikan guru tingkat perguruan tinggi turut memegang peranan, baik secara langsung dalam program pendidikan calon guru bagi SPG, menyelenggarakan kuliah padat, dan melalui program KKN di pedesaan, serta hal lainnya. Lembaga pendidikan guru merupakan suatu lembaga yang selalu mendapat perhatian, baik oleh para ahli pendidikan maupun oleh para administrator dalam sektor pendidikan. Hal ini dikarenakan lembaga pendidikan bertugas mempersiapkan calon guru sekaligus sebagai wadah pengembangan kompetensi guru.
Proses pengembangan standar kompetensi guru dapat dilakukan melalui :
1. Penelitian
Terdapat tiga jenis upaya penelitian yang dilakukan dalam kaitan dengan pengembangan kompetensi guru :
a. Mengidentifikasi masalah pendidikan yang dihadapi terutama tentang mutu kinerja guru.
b. Mengkaji prakondisi yang perlu dipenuhi untuk dapat menerapkan suatu standar kompetensi guru dalam sistem yang ada.
c. Penelitian yang melekat di dalam pengembangan standar itu sendiri untuk mengetahui efekivitas atau kelayakan dari standar yang sedang dikembangkan dalam menghasilkan standar baku kompetensi guru .
2. Pengembangan
Upaya pengembangan dalam rangka menghasilkan inovasi yang tepat untuk diterapkan dalam sistem yang ada, merupakan tahapan yang sangat penting dan kritikal.
Ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian yang serius dalam upaya pengembangan standar kompetensi guru :
a. Kejelasan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dari profesi guru, antisipasi kendala yang bakal dihadapi, identifikasi alternatif-alternatif pemecahan, serta pengembangan alternatif yang dipilih.
b. Permasalahan yang jelas serta tujuan yang spesifik, jika perlu dilengkapi dengan kriteria keberhasilan yang dijadikan ukuran, merupakan titik awal yang sangat penting dalam upaya pengembangan standar kompetensi guru.
3. Manajemen mutu guru
Terdapat dua hal penting dalam manajemen peningkatan mutu guru dengan standar kompetensinya; pertama , adalah upaya melibatkan berbagai pihak terkait sedini mungkin, dan kedua adalah penerapan proses diseminasi secara bertahap.
Adanya peran serta aktif dari berbagai pihak terkait sedini mungkin dalam proses pengembangan mutu guru akan membuat standar kompetensi yang mengiringinya tidak terisolir dari dunia nyata, sehingga proses transisi dari transisi dari tahap pengembangan ke tahap pelaksanaaan (implementasi) para guru akan dapat berjalan dengan lancar.

Cara mengembangkan profesi pendidik, yaitu sebagai berikut.
1. Memperluas wawasan, baik wawasan mengenai bahan ajar maupun yang berkaitan dengan pendidikan. Membaca buku atau disket, terutama yang berkaitan dengan pengembangan kompetensi guru.
2. Dengan cara membentuk persatuan persatuan pendidik sebidang studi, saling bertukar pikiran serta berdiskusi. Cara seperti ini dipandang sangat intensif sebab masing-masing peserta akan menyumbangkan pengalaman dan pikirannya yang dapat memberikan masukan kepada para pendidik.
3. Meringkas isi bacaan dan membuat makalah. Ringkasan ini bermanfaat untuk mengingat sebab disusun atas pemahaman sendiri. Sedangkan membuat makalah bermanfaat agar pendidik dapat menyusun pikiran secara teratur dan mengemukakan ide baru yang didukung oleh informasi-informasi ilmiah.
4. Melakukan penelitian baik penelitian perpustakaan, maupun lapangan.
5. Mengikuti seminar, workshop dan lain-lain yang dapat meningkatkan kompetensi kita sebagai guru.
6. Mengikuti pertemuan-pertemuan ilmiah untuk menambah wawasan dan pengalaman.
7. Mengikuti pertemuan organisasi profesi pendidikan. Pada umumnya peserta pertemuan ini akan membawakan makalahnya yang berisi pengalaman, hasil penelitian, atau pemikiran kritis yang berkaitan dengan tugas mendidik di daerahnya masing-masing.

Pemberdayaan Guru

Aktivitas pembelajaran Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah perlu diupayakan sebagai suatu aktivitas yang melalui perencanaan pembelajaran yang baik, agar dapat mempengaruhi pilihan, putusan, dan pengembangan kehidupan peserta didik. Oleh karena itu, salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru adalah membuat perencanaan pembelajaran secara profesional dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai seorang pendidik, pembelajar, serta perancang pembelajaran.
Upaya ini dapat dirancang tidak hanya dalam berinteraksi dengan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, melainkan berinteraksi dengan semua sumber belajar yang mungkin dapat dipakai untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.
Akan tetapi, hal yang mendasar dan menjadi persoalan utama guru dalam menjalankan tugasnya adalah menyangkut kesejahteraan. Tunjangan fungsional yang diskriminatif dibandingkan dengan profesi lain telah menimbulkan rasa cemburu di kalangan guru. Selain itu, berbagai kasus pemotongan gaji untuk kepentingan yang tidak masuk akal seringkali terjadi. Begitu juga, prosedur kenaikan pangkat yang berbelit-belit dan selalu berakhir dengan pungutan-pungutan yang tidak jelas juntrungnya, kiranya semakin melengkapi rasa frustrasi guru.
Akumulasi berbagai persoalan yang dihadapi guru berdampak luas terhadap melemahnya kinerja guru. Guru melaksanakan tugas semata-mata sebagai rutinitas, tanpa disertai proses kreatif dan inovatif. Sudah bisa hadir di kelas pun di anggap cukup.
Sejalan dengan hadirnya gerakan reformasi di tengah kehidupan kita, maka perubahan yang mendasar dalam penyelenggaraan sistem pendidikan harus dilakukan, termasuk di dalamnya usaha untuk menempatkan guru sebagai kunci utama keberhasilan pendidikan. Sebaiknya guru diberikan otonomi yang lebih luas dalam melaksanakan berbagai tugas, fungsi dan kewajibannya, sehingga tidak lagi harus terpaku pada pola-pola yang dibakukan, seperti berbagai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang menyebabkan kreativitas guru menjadi terpasung. Guru harus didorong berbuat lebih kreatif dan inovatif untuk menemukan sendiri berbagai metode dan cara baru yang paling sesuai dan tepat dalam proses pembelajaran, yang ditujukan demi keberhasilan para siswanya.
Begitu juga, bobot penilaian dan penghargaan kepada guru hendaknya ditekankan pada hal-hal lebih esensial dan subtansial yaitu sejauhmana guru dapat melaksanakan proses pembelajaran secara efektif dan sejauhmana guru dapat mengembangkan pola interaksi belajar yang kondusif. Jadi, bukan hanya sekedar dilihat dari segi kemampuan administratif semata.
Berbagai bentuk ganjalan yang berkaitan dengan kesejahteraan guru hanya bisa dilakukan melalui komitmen dari pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, untuk menempatkan guru sebagai profesi yang berhak mendapatkan penghargaan dan balas jasa yang layak. Pemberian tunjangan tidak dilakukan secara diskriminatif lagi, sehingga tidak terjadi lagi berbagai kesenjangan yang lebar, baik antara guru dengan guru itu sendiri, guru dengan dosen, maupun guru dengan profesi lainnya.
Akhirnya, sejalan dengan upaya pemberdayaan guru, baik dari segi kinerja maupun kesejahteraannya, maka harapan untuk terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas akan menjadi menjadi kenyataan, yang pada gilirannya nanti akan terbentuk manusia-manusia yang sanggup menjadi pelopor pembangunan di daerahnya masing-masing, dengan memiliki dan wawasan sanggup berkiprah secara global.

Senin, 28 November 2011

METODE DALAM PENGEMBANGAN MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

Metode dalam Pendidikan
Kata “metode” berasal dari kata Latin Methodos, yang berarti jalan yang harus dilalui. Metode adalah cara untuk melakukan sesuatu atau cara untuk mencapai suatu tujuan. Method dalam bahasa Inggris berarti sesuatu bentuk khusus cara kerja. Menurut Dr. Knox menyebutkan bahwa metode adalah suatu cara untuk melangkah maju dengan terencana dan teratur untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu, yang dengan sadar mempergunakan pengetahuan-pengetahuan sistematis untuk keadaan-keadaan yang berbeda-beda.
Metodologi matematika adalah penelaahan terhadap metode yang khusus digunakan dalam matematika. Metode khusus dalam matematika kini lazim dikenal sebagai axiomatic method (metode aksiomatik) atau hypothetical deductive method (metode hipotetik deduktif). Thomas Green Wood dalam The Liang Gie mengatakan bahwa metode aksiomatik atau hipotetik deduktif sebagaimanana dipakai dalam ilmu-ilmu teoritis dan khususnya matematika. Ini menyangkut problem-problem seperti pemilihan kebebasan dan penyederhanaan dari istilah-istilah dan aksioma-aksioma, formalisasi dari batasan-batasan sera pembuktian-pembuktian, kelengkapan dari teori yang disusun, serta penafsiran yang terakhir.
Menurut Perry, mengemukakan tiga metode dalam ilmu pendidikan sebagai berikut.
1. Metode normatif, yaitu suatu metode yang berusaha menjelaskan tentang keberadaan manusia, bagaimana manusia itu seharusnya bersikap dan bertindak terhadap dirinya dan terhadap sesama manusia serta makhluk lainnya.
2. Metode eksplanatori, yaitu suatu metode yang berusaha menentukan kondisi dan kekuatan apa yang dapat membuat suatu proses pendidikan dapat berhasil. Metode ini bersumber dari data atau hasil penelitian di lapangan, berupa kondisi dan kekuatan yang dimiliki oleh peserta didik.
3. Metode teknologi, yaitu cara mendidik itu sendiri dengan praktek mendidik di lapangan. Metode ini mencakup lingkungan belajar, alat-alat dan media belajar, teknik penyampaian bahan, dan sebagainya.

2.2. Metode Pengembangan Pendidikan Matematika
Mengajar matematika merupakan kegiatan pengajar agar peserta didiknya belajar untuk mendapatkan matematika, yaitu kemampuan, keterampilan, dan sikap tentang matematika itu. Hal-hal tersebut harus relevan dengan tujuan belajar yang disesuaikan dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik. Ini dimaksudkan agar terjadi interaksi antara pendidik dan peserta didik. Interaksi akan terjadi apabila menggunakan cara yang cocok yang disebut dengan metode mengajar matematika.
Yang dimaksud dengan metode mengajar matematika yaitu suatu cara atau teknik mengajar matematika yang disusun secara sistematis dan logis ditinjau dari segi hakekat matematika dan segi psikologinya.
a. Segi hakekat matematika
Penyelesaian dalam matematika (membuktikan atau mencari jawaban) selalu menggunakan metode deduktif. Penalarannya adalah logika-deduktif yang pada dasarnya mengandung kalimat “ jika . . . , maka . . .” Suatu kebenaran matematika dikembangkan berdasarkan alasan logis. Model terbaik untuk berpikir matematika yaitu memanfaatkan logika simbolik.
Ditinjau dari cara berpikir mendapatkan penyelesaian, metode deduktif dibagi menjadi dua macam yaitu sebagai berikut .
1. Metode analitik, yaitu metode yang berjalan dari yang tidak diketahui ke yang diketahui. Dimulai dari apa yang harus dicari atau dibuktikan, kemudian mengaitkan dengan hal-hal yang diketahui dan akhirnya kita memperoleh hasilnya.
2. Metode sintetik, yaitu metode yang berjalan dari yang diketahui ke yang tidak diketahui. Dimulai dengan apa yang sudah diketahui, kemudian mengaitkan dengan hal yang harus diketahui dari masalah yang akan diselesaikan, dan akhirnya mendapatkan penyelesaiannya.
Di dalam menyelesaikan masalah matematika, ada kalanya lebih baik dengan metode analitik, ada kalanya lebih baik dengan metode sintetik. Namun juga ada kalanya perlu menggabungkan kedua metode tersebut.
b. Segi psikologi
Metode mengajar ditinjau dari segi psikologi ini erat hubungannya dengan menjawab pertanyaan “kepada siapa” matematika itu diajarkan. Metode deduktif seperti yang dijelaskan di atas tidak selalu dapat dicerna oleh peserta didik, sehingga metode deduktif kadang-kadang dapat menimbulkan frustasi peserta didik dalam belajar matematika. Jika hal ini terjadi berarti tujuan belajar matematika tidak dapat dicapai. Karena itu pengajar matematika dalam menyampaikan materi harus mempertimbangkan kemampuan intelektual peserta didik serta kemampuan dan kesiapan dari peserta didik.
Terdapat beberapa macam metode mengajar yang dapat dipakai sebagai seorang guru matematika, antara lain sebagai berikut.
1. Metode ekspositori merupakan suatu cara untuk menyampaikan ide atau memberikan informasi dengan lisan ataupun tulisan. Pada umumnya metode ini berlangsung satu arah, pengajar memberikan ide atau gagasan dan peserta didik menerimanya. Secara umum, metode ini bercirikan yaitu sebagai berikut :
• Definisi dan teorema disajikan oleh guru.
• Contoh-contoh soal diberikan dan dikerjakan oleh guru.
• Guru memberikan latihan soal.
2. Metode penemuan merupakan suatu cara untuk menyampaikan ide atau gagasan lewat proses menemukan.
3. Metode laboratorium merupakan salah satu metode atau cara yang membantu pengembangan baik pada matematika maupun pendidikan matematika itu sendiri, karena metode ini mampu menarik minat peserta didik terhadap matematika.

Sedangkan metode yang digunakan dalam pengembangan pendidikan matematika adalah sebagai berikut.
1. Metode Pembuktian
Hakekat matematika dapat didekati dari metode pembuktiannya dan bidang yang ditelaahnya. Apabila peserta didik sudah berhasil merumuskan suatu permasalahan, mereka itu perlu membuktikannya. Tetapi pembuktian ini harus berdasarkan argumentasi yang sahih, bukan asal-asal saja.

2. Metode Pemecahan Masalah
Sebagian besar ahli pendidikan patematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Mereka menyatakan juga bahwa tidak semua pertanyaan otomatis akan menjadi masalah. Suatu pertanyaan akan menjadi masalah jika pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat dipecahkan oleh suatu prosedur rutin yang sudah diketahui si pelaku.
Pemecahan masalah harus menjadi fokus pada pelajaran matematika di sekolah. Sebagai hasil dari rekomendasi National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) adalah dalam pemecahan masalah oleh para guru matematika. Pemecahan telah menjadi topik utama diskusi selama dekade 1980-an pada pertemuan-pertemuan profesional. Kemudian di tahun 1989 NCTM mengeluarkan sebuah dokumen berjudul Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics yang menjadi acuan untuk perubahan kurikulum selama dekade 1990-an.
NCTM menyarankan bahwa perhatian utama harus diberikan kepada :
a. Keikutsertaan murid-murisd secara aktif dalam mengkonstruksikan dan mengaplikasikan ide-ide dalam matematika.
b. Pemecahan masalah sebagai alat dan tujuan pengajaran.
c. Penggunaan bermacam-macam bentuk pengajaran.
Seorang murid perlu memecahkan banyak masalah agar merasa senang terhadap prosesnya dan guru dapat berperan sebagai penuntun dengan memberikan pengalamannya selama bertahun-tahun dalam pemecahan masalah.
Tujuan pemecahan masalah matematika tidak lagi hanya terfokus pada penemuan sebuah jawaban yang benar (to find a correct solution), tetapi bagaimana mengkonstruksi segala kemungkinan pemecahan yang reasonable, beserta segala kemungkinan prosedur dan argumentasinya, kenapa jawaban atau pemecahan tersebut masuk akal (how to construct and to defend various reasonable solutions and its respective procedures). Kemampuan matematis seperti ini sangat relevan, mengingat masalah dunia nyata umumnya tidak sederhana dan konvergen, tetapi sering kompleks dan divergen, bahkan tak terduga. Kemampuan berpikir kritis, kreatif dan produktif sangat penting dalam menganalisa, mensintesa dan mengevaluasi segala argumen untuk mampu membuat keputusan yang rasional dan bertanggungjawab.
Contoh :
Kelas Kompetensi dasar/Basic Skills Masalah Matematika
Mulai
Kelas 3 SD Terampil dalam melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan Cacah Contoh
Seekor Sapi beratnya 12 kali berat badan Kambing. Jika berat badan seekor Kambing 30 kg, berapakah berat badan Sapi tersebut ?
Penjelasan contoh :
Pada soal ini, masalah matematikanya telah disajikan secara explisit sehingga siswa gampang menjawabnya ,sebab:
(a)Operasi matematikanya sudah diberikan secara explisit, yaitu perkalian (perhatikan: seekor sapi beratnya 12 kali berat badan seekor kambing),
(b)Hubungan antara berat sapi dan berat kambing juga diberikan secara explisit yaitu 12 x,
(c)Berat seekor kambing juga diberikan secara explisit yaitu 30 kg,
(d)Ditanya: Berat Sapi
Dari analisis di atas, tampak bahwa untuk memecahkan masalah tersebut, siswa cukup memiliki keterampilan dalam mengalikan bilangan. Tidak ada prosedur lain, dan tak ada jawaban lain. Dengan unsur-unsur yang diketahui secara eksplisit di atas, jawaban siswa yang diharapkan adalah sebagai berikut:
(a) Diketahui: berat badan sapi = 12 x berat badan kambing
(b) Berat badan kambing = 30 kg
(c) Pertanyaan: berat badan sapi = ?(pertanyaan ini sangat konvergen, karena langsung mengarah secara explisit kepada apa-apa yang diketahui yaitu (a) dan (b))
(d) Penyelesaian: berat sapi = 12 x 30 kg =360 kg (cukup dengan melakukan substitusi pada (a), ini berarti, jawaban soal tunggal, prosedurnya pun tunggal, tidak ada kemungkinan jawaban lain).

3. Metode Proyek Matematika di Luar Kelas (Outdoor Mathematics)
Baberapa keahlian dalam matematika dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti kegiatan yang berkaitan dengan statistika. Kegiatan ini dilakukan di luar kelas, dan sebaiknya dalam kelompok, dan kelompok itu hanya diberi tugas. Mereka sendiri yang membuat perencanaannya dan melakukan pekerjaannya, serta membuat laporannya secara tertulis.
Yang berkaitan dengan statisika ini dapat dilakukan di tepi jalan dekat sekolah mereka misalnya untuk menghitung banyaknya kendaraan yang lewat kaitannya dengan jenisnya atau kaitannya dengan perbedaan kurun waktunya. Sedangkan proyek lain yang dapat dilakukan juga dengan pengukuran misalnya tinggi gedung, tinggi pohon, perkiraan luas suatu daerah dan sebagainya.

PENDIDIKAN DI NEGARA-NEGARA ASIA TENGGARA (SINGAPURA, THAILAND DAN FILIPINA)

1. Pendidikan di Singapura

Kurikullum pendidikan di singapura ternyata tidak terlalu berbeda dari pendidikan di Indonesia. Mereka juga punya ujian nasional allias UN bagi semua siswa setiap akan melanjutkan pendidikan kejenjang yang berikutnya. Wajib pendidikan di Singapura berlangsung 10 tahun.
Anak-anak di Singapura masuk kedunia pendidikan mulai dari tingkat TK lanjut ke SD selama 6 tahun. Setelah itu mereak masuk ke SMP SMA selama 5 tahun, lalu ke tingkat persiapan menuju kuliah 3 tahun, baru masuk universitas. Akan tetapi, lama seorang menyelesaikan pendidikan disetiap jenjang SD itu berbeda-beda, karena setiap anak yang dimasukkan kekelas sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Express merupakan tempat buat siswa pintar. Bagi anak-anak pintar mereka bias menyelesaikan SMP SMA 4 tahun. Kalau normal academic, sebelum masuk kekelas 5 pada thun ke 4 mereka ‘harus melaksanakan tugas ujian nasional untuk naik kelas 5. Untuk kelas mormal Technical, sepreti SMK. Setelah lulus SMP SMA, mereka bias lanjut ke institute of Technical Education selama dau tahun, atau sekoalh lanjutan buat mereka yang mau nerusin ke jenjang pendiidkan yang lebih tinggi, polytechnic (kalau mau dapat diploma), atau bias juga langsung kerja.
Mata pelajaran mereka juga tidak berbeda jauh dengan Indonesia, misalnya Bahasa Inggris, Matematika, IPA, IPS, Seni, juga pelajaran yang namanya Mother Tongue Leanguage atau pelajaran Bahasa sesuai bahasa ibu mereka.

2. Pendidikan Di Thailand
Sistem pendidikan di Thailand terbagi menjadi 3, yaitu : pendidikan formal, pendidikan non-formal dan pendidikan informal.Untuk sistem pendidikan formal terdiri dari pendidikan dasar dan pendidikan tinggi. sedangkan sistem pendidikan non-formal terdiri dari : program sertifikat kejuruan, program short course sekolah kejuruan dan interest group program.
Wajib belajar di Thailand adalah wajib belajar 9 tahun, dengan rincian grade sebagai berikut :
• Pendidikan play group dan TK usia 3-6 tahun
• Pendidikan Sekolah dasar (selama 6 tahun), grade 1-6
• Pendidikan Sekolah Menengah (selama 3 tahun), grade 7-9
• Pendidikan Sekolah Menengah atas (selama 3 tahun), grade 10-12
Untuk grade 7-12 dalam satu kompon sekolahan, mereka tak harus mendaftar lagi , sudah otomatis melanjutkan di sekolah itu.Ujian Nasional (UN) di Thailand dikoordinasikan oleh Bureu of Education Testing Office dari Komisi Pendidikan Dasar yang memakai Sistem Ordinary National Education Test (O-net). UN di wajibkan untuk grade 3, 6, 9 dan 12. Ada 8 mata pelajaran yang di-UN kan yaitu :
1. Bahasa Thai
2. Matematika
3. Science
4. Ilmu sosial
5. Agama dan Kebudayaan
6. Bahasa asing
7. Health dan Physical Education
8. Art, Career dan Technology
Sedangkan siswa dari grade 1,2,4,5,7,8,10 dan 11, mengikuti ujian kelas dari sekolah masing-masing yang mengacu dari Office of Academic affair, Kementrian Pendidikan Thailand, secara serentak. Pondok (sekolah agama) di Thailand Selatan secara keseluruhan dapat dikatakan sama dengan pesantren di Jawa atau tempat-tempat lain di Indonesia pada tahun 1950/60-an sebelum mengalami modernisas.
Lima kunci sukses pendidikan di Thailand, yaitu selalu mendasarkan pada sains dan teknologi; sehingga semua produk yang dihasilkan berdasarkan pada penelitian atau riset. Hasilnya, kalau menghasilkan produk pertanian benar-benar unggul, maka tidak mengherankan kalau ada jambu atau ayam Bangkok, artinya produk yang dihasilkan benar-benar bermutu.
Keberhasilan yang dicapai juga karena profit, artinya setiap kegiatan harus memberikan keuntungan, sehingga banyak prostitusi yang dikemas dalam industri pariwisata. "Ini yang tidak perlu ditiru oleh Bangsa Indonesia, karena untuk mendapatkan pendapatan atau profit/keuntungan yang besar menghalalkan segala cara,". Karena sebagian besar daerah di Thailand banyak mengembangkan Industri pariwisata. Penduduk di Bangkok saja lebih sedikit dari wisatawan yang ada di kota tersebut. Dengan cara inilah pendapatan negara tersebut selalu surplus.
Kunci yang mendukung pendidikan yang lain value dan menjaga nilai-nilai budaya, sehingga Thailand menjadi negara bersih, tertib hukum dan disiplin, serta selalu berpegang pada ideologi yang ada dan tumbuh di Thailand. Raja sebagai wakil Tuhan, sehingga kedudukannya kuat dan ada di hati rakyatnya, dan inilah yang dapat menghidupkan living values bisa tumbuh subur di kalangan siswa sekolah di Thailand, yang menjadikan hidup itu menjadi lebih hidup. Sedangkan semua urusan politik diserahkan kepada perdana menteri.
Sistem Pendidkan suatu negara bisa maju dan berkualitas namun membutuhkan proses yang sangat panjang.dan lama terutama dalam mendisiplinkan guru dan siswanya, pasalnya guru guru di Thailand benar-benar menfokuskan kerjanya ke satu tugas penuh waktu. Dalam masalah pendidikan di Thailand guru yang dipanggil "Kunkru" merupakan penentu keberhasilan pendidikan, yang tidak berbeda dengan Indonesia.
3. Sistem Pendidikan di Filipina
Terdiri atas:
a. Pra-Pendidikan Dasar
Pra-pendidikan dasar disediakan untuk anak berusia 3-5 tahun. Program yang ditawarkan beragam seperti Nursery (Pendidikan Anak Usia Dini) untuk anak usia 3-4 tahun, kindergarten (TK) untuk usia 4-5 tahun, dan Sekolah Persiapan SD untuk usia 5-6 tahun.
b. Pendidikan Dasar
Sekolah Dasar, terdiri dari 6 tingkat, beberapa sekolah menambahkan tingkat tambahan (tingkat ke-7). Tingkat-tingkat ini dikelompokkan menjadi dua subdivisi utama, Tingkat Primer (dasar) meliputi 3 tingkat pertama, dan Tingkat Intermediet (lanjutan) terdiri dari 3 atau 4 tingkat. Penyelenggaraan enam tahun pendidikan dasar ini wajib dan disediakan gratis di sekolah-sekolah umum.

(1) Sekolah Publik
Mata Pelajaran Inti: Matematika, Ilmu Pengetahuan, Bahasa Inggris, Bahasa Filipina, Dan Makabayan (Ilmu Sosial, Pendidikan Kehidupan, Nilai-Nilai). Pada tingkat ke-3 ditambahkan mata pelajaran Sains. Mata Pelajaran Lainnya: Musik, Seni, dan Pendidikan Jasmani.
(2) Sekolah Swasta
Mata Pelajaran: Matematika, Bahasa Inggris, Sains, Ilmu Sosial, Komputer Dasar, Bahasa Filipina, Musik, Seni dan Teknologi, Ekonomi Kerumahan, Kesehatan, Pendidikan Jasmani. Di Sekolah Katolik diberikan materi Pendidikan Agama atau Kehidupan Umat Kristen. Pada Sekolah Internasional dan Sekolah Cina diberikan mata pelajaran tambahan berupa Bahasa dan Budaya.
Bahasa pengantarnya ialah Bahasa Inggris. Bahasa Filipina digunakan dalam pengajaran Makabayan dan Bahasa Filipina, selain juga digunakan bahasa-bahasa daerah seperti Cebuano, Hiligaynin, Bicolano, dan Waray. Bahasa Arab digunakan di Sekolah-sekolah Islam. Di Sekolah Cina diajarkan dua tambahan bahasa Cina Hokkien dan Cina Mandarin. Sekolah Internasional umumnya menggunakan Bahasa Inggris di semua mata pelajaran.
National Elementary Achievement Test (NEAT), ujian nasional SD, yang orientasinya adalah sebagai tolak ukur sekolah kompetensi, bukan sebagai pengukur kecerdasan siswa, dihapuskan pada tahun 2004, dan pada tahun 2006 diberlakukan hanya kepada sekolah swasta untuk ujian masuk sekolah menengah. Dengan dihapuskannya NEAT para siswa tidak perlu menghasilkan skor apapun untuk mendapatkan pengakuan ke sekolah tinggi negeri. Departemen Pendidikan kemudian mengubah NEAT dan menggantikannya dengan National Achievement Test (NAT). Sekolah dasar publik dan swasta mengambil ujian ini untuk mengukur kompetensi sekolah.
c. Pendidikan Menengah
Pendidikan sekolah menengah di Filipina terdiri dari empat tahun dan disediakan secara gratis di sekolah-sekolah umum, ditujukan kepada siswa-siswa berusia 12-16. Pendidikan Menengah bersifat terkotak, yaitu setiap tingkat berfokus kepada tema atau isi tertentu, sehingga sering disebut sebagai sekolah tinggi. Pendidikan Menengah:
Tahun ke-1 (Freshman): Aljabar I, Sains Terintegrasi, bahasa Inggris I, bahasa Filipina I, dan Sejarah Filipina. Tahun ke-2 (Sophomore): Aljabar II, Biologi, bahasa Inggris II, bahasa Filipina II, Sejarah Asia. Tahun ke-3 (Junior): Geometri, Kimia, bahasa Filipina III, sejarah Dunia, dan Geografi. Tahun ke-4 (Senior): Kalkulus, Trigonometri, Fisika, bahasa Filipina IV, Sastra, dan Ekonomi.
Pelajaran tambahan meliputi Kesehatan, Ilmu Komputer Lanjutan, Musik, Seni, Teknologi, Ekonomi Kerumahan, dan Pendidikan Jasmani. Pada Sekolah-Sekolah Eksklusif ditawarkan mata pelajaran pilihan meliputi berbagai macam Bahasa, Pemrograman Komputer, Menulis Sastra, dan lainnya. Sekolah Cina memberikan tambahan pelajaran Bahasa dan Budaya. Sekolah Persiapan (Pra-Pendidikan Tinggi) memberikan beberapa kursus Bisnis dan Akutansi, sedangkan Sekolah Sains memberikan mata pelajaran Biologi, Kimia, dan Fisika pada setiap tingkat
National Achievement Test Sekunder (NSAT) yang dikelola oleh Departemen Pendidikan adalah ujian di akhir tahun ke-4 sekolah menengah, namun kemudian ditiadakan. Kini setiap sekolah publik atau swasta menyelenggarakan sendiri ujian masuk pendidikan di Perguruan Tinggi (College Entrance Examinations, CEE). Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, siswa dapat memilih untuk mengambil Pelatihan Kejuruan 2 atau 3 tahun atau melanjutkan ke Perguruan Tinggi (Universitas).
d. Pendidikan Teknik dan Kejuruan
Pendidikan Teknik dan Kejuruan (TESDA), adalah suatu badan yang mengawasi pendidikan pasca-sekolah menengah pendidikan teknis dan kejuruan, termasuk orientasi keterampilan, pelatihan dan pengembangan pemuda luar sekolah dan masyarakat pengangguran dewasa. TESDA dikelola oleh Dewan Tenaga Kerja dan Pemuda (NMYC) dan Program magang dari Biro Ketenagakerjaan Lokal (BLE), keduanya dari Departemen Pekerjaan dan Ketenagakerjaan (DOLE) bekerjasama dengan Biro Pendidikan Teknis dan Kejuruan (BTVE) dari Departemen Pendidikan, Kebudayaan, dan Olah Raga (DECS, sekarang DepEd), berlandaskan Undang-Undang Republik Nomor 7796 atau dikenal sebagai “Undang-Undang Pendidikan Teknik dan Pengembangan Keterampilan 1994” yang untuk menyediakan tenaga kerja tingkat menengah bagi industri.
e. Pendidikan Tinggi
Pendidikan Tinggi dikelola oleh Komisi Pendidikan Tinggi (CHED), berdasarkan UU Republik No. 7722 atau UU Pendidikan Tinggi 1994. CHED adalah lembaga independen setingkat departemen yang berasal dan bekerjasama dengan Departemen Pendidikan (DepEd). Tugasnya adalah mengkoordinasikan program-program lembaga-lembaga pendidikan tinggi dan menerapkan kebijakan dan standar.
Pendidikan Tinggi di Filipina diklasifikasikan menjadi universitas dan perguruan tinggi negeri (SUC) dan universitas dan perguruan tinggi lokal (LCU). SUCs (State Universities and Colleges) adalah lembaga-lembaga pendidikan tinggi publik yang disewa, ditetapkan oleh hukum, dikelola, dan disubsidi secara finansial oleh pemerintah. LUCs (Local Universities and Colleges) merupakan lembaga-lembaga perguruan tinggi yang didirikan dan didukung secara finansial oleh pemerintah daerah. HEIs (High Education Institutions) adalah lembaga-lembaga Pendidikan tinggi yang berada langsung di bawah lembaga pemerintah yang ditetapkan dalam undang-undang. Mereka menyediakan pelatihan khusus di bidang-bidang seperti ilmu militer dan pertahanan nasional. Sedangkan CSI (CHED Supervised Institution) adalah lembaga pasca pendidkan menengah public yang tidak disewa oleh pemerintah, ditetapkan oleh hukum,dikelola, diawasi, dan didukung secara finansial oleh pemerintah. Adapun OGS (Other Government Schools) adalah lembaga pendidikan menegah dan pasca pendidikan menengah, biasanya merupakan lembaga pendidikan teknis-kejuruan yang menawarkan program pendidikan tinggi.

PENYEBARAN ISLAM DI JAWA

Islam untuk pertama kali masuk kepulau Jawa pada abad ke 14 M (tahun 1399 H) di bawa oleh Maulana Malik Ibrahim dengan keponakannya bernama Mahdum Ishaq yang menetap di Gresik. Beliau adalah orang Arab dan pernah tinggal di Gujarat. Pada zaman itu yang berkuasa dijawa adalah kerajaan Majapahit. Salah seorang raja Majapahit bernama Putri Campa. Kerajaan tersebut sangat berfaedah bagi dakwah Islam.
Di jawa proses Islamisasi sudah berlangsung sejak abad ke-11 M, meskipun belum meluas, terbikti dengan ditemukannya makam Fatimah binti Maimun di Leran Gresik yang berngaka tahun 475 H (1082 M). Berita tentang Islam di Jawa pada abad ke 11 dan 12 M memang masih sangat langka, akan tetapi sejak akhir abad ke 13 M dan abad-abad berikutnya, terutama ketika majapahit mencapai puncak kebesarannya, bukti-bukti adanya proses Islamisasi sudah banyak, drngan ditemukannya beberapa puluh nisankubur di Troloyo, Trowulan dan Gresik, bahkan menurut berita Ma-huan tahun 1416 M, di pusat majapahit maupun pesisir, terutama dikota pelabuhan, telah terjadi proses Islamisasi dan sudah pula terbentuk masyarakat Muslim.
Pertumbuhan masyarakat Islam disekitar Majapahit dan terutama di beberapa kota pelabuhan di Jawa erat hubungnnya dengan perkembangan pelayaran dan perdagangan yang dilakukan orang-orang Islam yang telah mempunyai kekuasaan ekonomi dan politik di Samudra Pasai, Malaka, dan Aceh.
Tome Pires juga menyebutkan bahwa di Jawa sudah ada kerajaan yang bercorak Islam, yaitu Demak, dan kerajaan=kerajaan di daerah pesisir utara Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat, di samping masaih ada kerajaan-kerajaan yangb ercorak Hindu.

Melihat makam-makam Muslim yang terdapat disitus-situs Majapahit, diketahui bahwa Islam sudah hadir di ibukota Majapahit sejak kerajaan itu mencapai puncaknya. Meskipun demikian, lazim dianggap bahwa Islam di Jawa pada mulanya menyebar selama periode merosotnyakerajaan Hindu Budha. Islam menyebar kepesisir pulau Jawa melalui hubungan perdagangan, kemudian adri pesisir ini, agak mbelakangan menyebar kepedalaman pulau itu. Perkembangan Islam di pulau jawa bersamaan waktunya dengan melemahnya posisi raja Majapahit. Hal itu memberi peluang kepada raja-raja Silam pesisir untuk membangun pusat-pusat kkekuasaan yang independen.
Proses penyebaran Islam di Indonesia atau proses Islamisasi tidak terlepas dari peranan para pedagang, mubaliqh/ulama, raja, bangsawan atau para adipati. Di pulau Jawa, peranan mubaliqh dan ulama tergabung dalam kelompok para wali yang dikenal dengan sebutan Walisongo atau wali Sembilan.
Ada beberapa pendapat mengenai arti Walisongo. Pertama adalah wali yang sembilan, yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga dalam bahasa Jawa. Pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari kata tsana yang dalam bahasa Arab berarti mulia. Pendapat lainnya lagi menyebut kata sana berasal dari bahasa Jawa, yang berarti tempat.
Pendapat lain yang mengatakan bahwa Walisongo adalah sebuah majelis dakwah yang pertama kali didirikan oleh Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) pada tahun 1404 Masehi (808 Hijriah). Saat itu, majelis dakwah Walisongo beranggotakan Maulana Malik Ibrahim sendiri, Maulana Ishaq (Sunan Wali Lanang), Maulana Ahmad Jumadil Kubro (Sunan Kubrawi); Maulana Muhammad Al-Maghrabi (Sunan Maghribi); Maulana Malik Isra'il (dari Champa), Maulana Muhammad Ali Akbar, Maulana Hasanuddin, Maulana 'Aliyuddin, dan Syekh Subakir.
Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain. Dari nama para Walisongo tersebut, pada umumnya terdapat sembilan nama yang dikenal sebagai anggota Walisongo yang paling terkenal, yaitu:
• Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim
• Sunan Ampel atau Raden Rahmat
• Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim
• Sunan Drajat atau Syarifuddin
• Sunan Kudus atau Ja'far Shadiq
• Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin
• Sunan Kalijaga atau Raden Said
• Sunan Muria atau Raden Umar Said
• Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah
Para Walisongo adalah intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok-tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga ke pemerintahan.
Walisongo atau walisanga merupakan tokoh penting dalam penyebaran islam di tanah jawa pada abad 14. Walisongo tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid. Dalam penyebaran agama islam Kesembilan wali ini mempunyai peran yang unik dalam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai “tabib” bagi Kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebagai “paus dari Timur” hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa, yakni nuansa Hindu dan Budha.

1. Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Syeikh Maghribi menyebarkan Islam di Jawa Timur. Inilah wali yang pertama datang kejawa abad ke-13. Ia diperkirakan lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah orang Jawa terhadap As-Samarqandy.
Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
2. Sunan Ampel dengan nama asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di daerah Ampel Surabaya. Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa Terakhir Dari Dinasti Ming, Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa,
3. Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel memiliki nama asli Maulana Makdum Ibrahim, Sunan yang sangat bijaksana, menyebarkan Islam di Bonang (Tuban). Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan bonang, yang sering dihubungkan dengan namanya. Universitas Leiden menyimpan sebuah karya sastra bahasa Jawa bernama Het Boek van Bonang atau Buku Bonang. Menurut G.W.J. Drewes, itu bukan karya Sunan Bonang namun mungkin saja mengandung ajarannya. Sunan Bonang diperkirakan wafat pada tahun 1525.
4. Sunan Drajat juga putra dari Sunan Ampel nama aslinya adalah Syarifuddin, menyebarkan Islam di daerah Gresik/Sedayu. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada masyarakat kebanyakan. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam. Pesantren sunan Drajat dijalankan secara mandiri sebagai perdikan, bertempat di desa Drajat, kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat Pangkur disebut sebagai ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat di musium daerah Sunan Drajat Lamongan.
5. Sunan Giri nama aslinya Raden Paku menyebarkan Islam di daerah Bukit Giri (Gresik) . Ia mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan sampai ke kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri Prapen, yang menyabarkan islam diluar pulau jawa, yaitu Madura, Bawean, Nusa Tenggara, dan Maluku. Menyiarkan agama dengan metode bermain.
6. Sunan Kudus nama aslinya Syeikh Ja’far Shodik menyebarkan ajaran Islam di daerah Kudus.seorang ahli seni bangunan. Ia adalah putra sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah adik Sunan Bonang. Sebagai seorang wali, sunan kudus memiliki peran yang sangat besar dalam pemerintahan Demak, yaitu sebagai panglima perang dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah dikalangan kaum penguasa dan priyayi jawa. Diantara yang menjadi muridnya ialah sunan Prawoto penguasa Demak, dan Arya Penangsang Adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya ialah Masjid Menara Kudus yang gaya Arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakakn meninggal pada tahun 1550.
7. Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Mas Syahid adalah putra dari adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur. Suanan kalijaga adalah murid dari sunan Bonang. Menyebarkan ajaran Islam di Jawa Tengah. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan tembang suluk. Tembang suluk Ilir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai hasil karyanya.

8. Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar Syaid menyebarkan islamnya di daerah Gunung Muria terletak antara Jepara dan Kudus, jawa Tengah, sangat dekat dengan rakyat jelata. Sunan Muria adalah adik ipar dari Sunan Kudus. Menyebarkan Silam dengan menggunakan Gamelan untuk menarik masyarakat agar masuk Islam, dan lagu-lagu Jawa Sinom dan Kinanti adalh salah satu lagu hasil Gubahannya.
9. Sunan Gunung Jati nama aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan Islam di Jawa Barat (Cirebon). Ia mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanudin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan Agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya kesultanan Banten.
Para wali masing-masing mempunyai pesantren sebagai tempat para santri belajar agama Islam. Mereka bukan saja sebagai pembuka babak baru Islam di Jawa, tetapi mereka juga menguasai zaman berikutnya yang kemudian dikenal dengan ‘ zaman kewalen” (zaman wali). Perkembangan Islam di luar Jawa relatif lebih cepat penyebarannya karena tidak banyak berhadapan dengan budaya-budaya lain, kecuali budaya Hindu-Budha.
Dengan kehadiran para wali songo tersebut, bukan hanya dominasi budaya Hindu Jawa yang mengalami kehancuran, melainkan juga membuka kurun baru bagi berlangsungnya kebudayaan Islam di Indonesia. Pada zaman ini masyarakat Jawa menyebutnya sebagai zaman kuwalen (zaman para Wali). Karena dekat dengan kalangan istana, mereka kemudian diberi gelar sunan atau susuhunan (yang dijunjung tinggi).

Jumat, 25 November 2011

TUGAS POKOK GURU PEMBIMBING

A. Bentuk Tugas Guru Pembimbing Di Sekolah
Spektrum tugas guru pembimbing yaitu melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling sangat luas, namun bukan tanpa batas atau tidak jelas.
Menurut SKB Mendikbud dan kepala BAKN No. 0433/P/1993 dan No.25/1993 bahwa kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah diampu oleh pejabat fungsional yaitu “guru pembimbing”, namun panggilan “guru pembimbing” akan di ganti dengan “konselor” jika yang bersangkutan berlatar belakang S1 (sarjana) BK dan telah menempuh pendidikan profesi konselor (PPK), istilah “konselor” akan digunakan sebagai pengganti istilah “guru pembimbing” yang diberi tugas tanggung jawab dan wewenang untuk menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling (sekarang layanan konseling). Sebagai tenaga kependidikan istilah “konseling” telah dipopulerkan pada UU RI No. 20 tahun 2003 BAB 1 pasal 6.
“Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong pelajar, widyaiseara, turut, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan”.
Sebagai pejabat fungsional guru pembimbing/konselor dituntut melaksanakan berbagai tugas pokok fungsionalnya secara professional. Adapun tugas pokok guru pembimbing menurut SK Menpan No.84/1992 ada lima yaitu:
1. Menyusun program bimbingan
2. Melaksanakan program bimbingan
3. Evaluasi pelaksanaan program bimbingan
4. Analisis hasil pelaksanaan bimbingan
5. Tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya.

Menyusun Program BK
Tugas pokok pertama guru pembimbing adalah membuat persiapan atau membuat rencana pelayanan, semacam persiapan tertulis tentang pelayanan yang akan dilaksanakan. Papabia guru bidang studi dituntut untuk membuat sap (satuan acara pembelajaran) atau rp(rencana pembelajaran) maka guru pembimbing juga dituntut untuk membuat tugas poko yang samayaitu rencana pelayanan atau yang dikenal satlan(satuan layanan).
Ada beberapa program yang perlu disusun oleh guru pembimbing yaitu:
1. Program tahunan yaitu: program bk meliputi kegiatan selama satu tahun untuk masing-masing kelas sekolah.
2. Program semesteran yauti program bk meliputi kegiatan selama satu semester yang merupakan gambaran program tahunan
3. Program bulanan yauti program bk meliputi kegiatan selama satu bulan yang merupakan gambaran program semesteran
4. Program mingguan yauti program bk meliputi kegiatan selama satu minggu yang merupakan gambaran program bulanan
5. Program harian yaitu program bk meliputi kegiatan selama satu hari yang merupakan gambaran program mingguandalam bentuk layanan (satlan) dan atau kegiatan pendukung(satkung) bk.

Melaksanakan Program BK
Pelaksanaan kegiatan layanan dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah disiapkan pada bimbingan pribadi, social, belajar, kerier, kehidupan keragaman dan kehidupan berkeluarga. Dilaksanankan melaui Sembilan jenis layanan yaitu
1) Layanan orientasi
2) Layanan informasi
3) Layanan penenpatan/penyaluran
4) Layanan konten
5) Layanan bimbingan kelompok
6) Layanan lonseling kelompok
7) Layanan konseling perorangan
8) Layanan mediasi
9) Layanan konsultasi

Evaluasi Pelaksanaan BK
Evaluasi pelaksanaan bk merupakan kegiatan menilai keberhasilan layanan dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan social, bimbingan belajar, bimbingan karier, bimbingan kehidupan beragama dan bimbingan kehidupan berkeluarga. Kegiatan mengevaluasi itu meliputi juga kegiatan menilai keberhasilan jenis-jenis layanan yang dilaksanakan. Evaluasi pelaksanaan bk dilakukan pada setiap selesai layanan diberikan baik pada jenis layanan maupun kegiatan pendukung.
Evaluasi/penilaian hasil pelayanan bimbingan dan konseling dilakukan melalui 3 tahap (prayitno, 2000)
1) Penilaian segera (laiseg), yaitu penilaian pada akhir setiap jenis layanan dan kegiatan pendukung BK untuk mengetahui perolehan peserta didik yang dilayani.
2) Penilaian jangka pendek (laijapen) yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu minggu sampai dengan satu bulan)
3) Penilaian jangka panjang (laijapang)yaitu penilaian dalam waktu tertentu (satu bulan sampai dengan satu semester) untuk mengetahui lebih jauh dampak layanan atau kegiatan pendukung terhadap siswa.

Pelaksanaan Penilaian
Menurut prayitno (2000) penilaian dalam bimbingan dan konseling dapat dilakukan dalam format individual atau kelompok/klasikal dengan media lisan atau tulisan.

Menganalisis Hasil Evaluasi Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Hasil evaluasi (tahap tiga) perlu dianalisis untuk mengetahui seluk beluk kemajuan dan perkembangan yang diproleh siswa melalui program satuan layanan. Menurut prayitno (1997 : 176) analisis setidak-tidaknya.
a. Status perolehan siswa dan/atau perolehan guru pembimbing sebagai hasil kegiatan khususnya dibandingkan dengan tujuan yang ingin dicapai
b. Analisis diagnosis dari pronogsis terhadap kenyataan yang ada setelah dilakukan kegiatan layanan/pendukung.

Tindak Lanjut Pelaksanaan Program
Upaya tindak lanjut didasarkan pada hasil analisis. Menurut prayitno (1997 : 177) ada tiga kemungkinan kegiatan tindak lanjut yang dapat dilakukan guru pembimbing sebagai berikut :
a. Memberikan tindak lanjut “singkat dan segera” misalnya berupa pemberian penguatan (reinforcement) atau penugasan kecil (siswa diminta melakukan sesuatu yang berguna bagi dirinya)
b. Menempatkan atau mengikutsertakan siswa yang bersangkutan dalam jenis layanan tertentu (misalnya dalam layanan bimbingan kelompok atau konseling kelompok)
c. Membentuk program satuan layanan atau pendukung yang baru, sebagai kelanjutan atau pelengkap layanan/pendukng yang terdahulu.

B. Unsur Utama Tugas Pokok Guru Pembimbing.
Pada dasarnya unsur utama tugas pokok guru pembimbing mengacu pada BK pola 17 plus meliputi :
1. Bidang bimbingan ( bidang pribadi, bidang sosial, bidang belajar, bidang karier, bidang kehidupan beragama, bidang kehidupan berkeluarga)
2. Jenis pelayanan BK (layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan/penyalran, layanan konten, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling perorangan, layanan konseling kelompok, layanan mediasi, layanan konsultasi)
3. Jenis kegiatan pendukung (aplikasi instrumentasi, himpunan data, kunjungan rumah, konverensi kasus, alih tangan, tampilan keperpustakaan)
4. Tahap pelaksanaan(perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis, tindak lanjut)
5. Jumlah siswa asuh yang ditanggungjawabi guru pembimbing minimal berjumlah 150 orang siswa.
Setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan guru pembimbing di sekolah harus mencangkup unsur-unsur tersebut di atas yaitu bidang bimbingan jenis layanan/kegiatan pendukung tahap yang ditunjukan untuk kepentingan semua siswa asuhnya.

Pelaksanaan Beban Tugas
Pada setiap tahun ajaran baru masing-masing guru pembimbing menerima tugas darI kepala sekolah dengan cara penunjukan melalui surat pembagian tugas.
1. Pembagian siswa asuh diantara guru pembimbing
Pada dasarnya, seluruh siswa yang ada di sekolah menjadi siswa asuh guru pembimbing. Namun perlu penetapan jumlah siswa asuh masing-masing guru pembimbing. Tentang pembagian jumlah siswa asuh masing-masing guru pembimbing telah diatur dalam SKB mendikbud kepala BAKN No. 0433/P/1993 dan No. 25 tahun 1992 poin 3, 4, 7, 9 bunyi pasl ini sebagai berikut :
Point (3) Jumlah peserta didik yang harus dibimbing oleh seorang gurupembimbing adalah 150 orang.
(4) Kelebihan peserta didikbagi guru pembimbing yang dapat diberi angka kredit adalah 75 orang, berasal dari pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
(7) Guru pembimbing yang menjadi kepala sekolah, wajib melaksanakan bimbingan dan konseling terhadap 40 orang peserta didik.
(9) Guru sebagaimana tersebut ayat (7) yang menjadi wakil kepala sekolah wajib melaksanakan bimbingan dan konseling terhadap 75 orang peserta didik.
2. Beban kerja
Beban kerja guru pembimbing dengan guru mata pelajaran pada dasarnya setara/sama yaitu minimal 24 jam satu minggu seperti yang tercantum dalam UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 35 poin (2) disebutkan bahwa beban keja guru sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) adalah sekurang-kurangnya 24 jam tatap muka dan sebanyak-banyaknya 40 jam tatap muka dalam satu minggu.
Apabila guru mata pelajaran atau guru praktek mengajar sebesar 24 jam satu minggu, maka guru pembimbing melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling sebanyak 24 jam juga. Jika setiap satu kali kegiatan mengajar diperlukan 2 jam tatap muka maka guru mata pelajaran atau guru praktek melaksanakan kegiatan mengajar sebanyak 12 kali pengajaran.
Demikian pula beban kerja guru pembimbing, jika 1 kali kegiatan layanan BK dihargai 2 jam, maka guru pembimbing wajib melaksanakan kegiatan sebanyak 12 kali kegiatan BK untuk satu minggu.
3. Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan layanan BK dapat dilaksanakan di dalam jam pelajaran sekolah dan di luar jam sekolah (panduan pengembangan dari 2006 : 9-10)
a. Di dalam jam pelajaran sekolah
1. kegiatan tatap muka secara klasikal dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, kegiatan instrumentasi serta layanan/kegiatan lain dapat dilakukan di dalam kelas.
2. volume kegiatan tatap muka klasikal adalah 2 jam per kelas perminggu dan dilaksanakan terjadwal.
3. kegiatan tidak tatap muka dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan konsultasi, kegiatan konferensi kasus, himpunan data, kunjungan rumah, pemanfaatan kepustakaan dan alih tangan kasus.
b. Diluar jam pelajaran sekolah
1. kegiatan tatap muka dengan peserta didik untuk menyelenggarakan layanan orientasi, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok, dan mediasi serta kegiatan lainnya yang dapat dilaksanakan di luar kelas.
2. satu kali kegiatan layanan/pendukung konseling di luar kelas/diluar jam pembelajaran ekuivalen dengan 2 jam pembelajaran tatap muka di dalam kelas.
3. kegiatan pelayanan konseling di luar jam pembelajaran sekolah madrasah maksimum 50% dari seluruh kegiatan pelayanan konseling. Diketahui dan dilaporkan kepada pembina sekolah/madrasah.

C. Tanggung jawab guru pembimbing atau konselor sekolah
Tanggung jawab guru pembimbing dapat dilihat pada sisi siswa, orang tua, sejawat, kepada diri sendiri dan kepada profesi
1. Tanggung jawab guru pembimbing kepada siswa yaitu bahwa konselor sekolah:
a) Memilki kewajiban dan kesetian utama dan terutama kepada siswa yang harus diperlakukan sebagai individu yang unik
b) Memperhatikan sepenuhnya segenap kebutuhan siswa ( kebutuhan yang menyangkut pendidikan, jabatan/pekerjaan,pribadi dan social ) dan mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang optimal bagi setiap siswa.
c) Memberi tahu siswa tntang tujuan dan tknik layanan bimbingan dan konseling, serta aturan ataupun prosedur yang harus dilalui apabila ia menghendaki bantuan bimbingan dan konseling.
d) Tidak mendesak kepada siswa nilai-nilai tertentu yang sebenarnya hanya sekadar apa ynag dianggap baik oleh guru pembimbing /konselor sekolah.
e) Menjaga kerahasian data tentag siswa
f) Memberi tahu pihak yang berwenag apabila ad petunjuk kuat sesuatu yang berbahaya akan terjadi
g) Menyelenggarakan penggunaan data secara tepat dam memberi tahu siswa tentang hasil kegiatan itu dengan cara sederhana dan mudah dimengerti
h) Menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan professional
i) Melakukan referral kasus secara tepat
2. Tanggung jawab konselor kepada orang tua siswa yaitu bahwa konselor sekolah:
a) Menghormati hak dan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya dan berusaha sekuat tenaga membangun hubungan yang erat dengan orang tua demi perkembangan siswa
b) Meberi tahu orang tua tentang peranan konselor sekolah dan guru pembimbing dengan asas kerahasiaan yang dijaga secara teguh
c) Menyeiakan untuk orang tua berbagai informasi yang berguna dan menyampaikannya dengan cara yang sebaik-baiknya untuk kepentingan perkemnbangan siswa
d) Memperlakukan informasi yang diterima dari orang tua dengan menerapkan asas kerahasiaan dan dengan cara yang sebaik-baikkya
e) Menyampaikan informasi (tentang siswa dan orang tua) kepada yang berhak mengetahui informasi tersebut tanpa merugika siswa dan orng tuanya.
3. Tanggung jawab konselor/guru pembimbing kepada sejawat, yaitu bahwa konselor sekolah:
a) Memperlakukan sejawat dengan penuh kehormatan,keadilan, keobjektifan, dan kesetiakawanan.
b) Mengembangkan hubungan kerjasama dengan sejawat dan staf administrasi demi terbinanya layanan bimbingan dan konseling yang maksimum.
c) Membangun kesadaran tentang perlunya asas kerahasiaan, perbedaan antara data umum dan data pribadi, serta pentingnya konsultasi sejawat.
d) Menyediakan informasi yang tepat, objektif dan luas dan berguna bagi sejawat untuk membantu menangani masalah siswa.
e) Membantu proses alih tangan kasus.
4. Tanggung jawab konselor sekolah/guru pembimbing kepada sekolah dan masyarakat yaitu bahwa konselor sekolah:
a) Mendukung dan melindungi program sekolah terhadap penyimpangan-penyimpangan yang merugikan siswa.
b) Memberi tahu pihak-pihak yang bertanggung jawab apabila ada sesuatu yang dapat menghambat atau merusak misi sekolah, personil sekolah maupun kekayaan sekolah.
c) Mengembangkan dan meningkatkan peranan dan fungsi bimbingan dan konseling untuk memenuhi kebutuhan segenap unsur-unsur sekolah dan masyarakat.
d) Bekerjasama dengan lembaga, organisasi dan perorangan baik disekolah maupun di masyarakat demi pemenuhan kebutuhan siswa, sekolah dan masyarakat tanpa pamrih.

Rabu, 23 November 2011

KONSEP METODE PENDIDIKAN DALAM AL-QURAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan dalam pengertian yang sederhana dan umum adalah sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi bawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Melalui pendidikan, manusia bisa meningkatkan kualitas hidupnya. Kemajuan yang dicapai peradaban Islam di zaman kekhalifahan tak lepas dari keberhasilan dunia pendidikan. Pada zaman itu, kota-kota Islam telah menjelma menjadi pusat pendidikan dan peradaban yang sangat maju. Hal ini ada kaitannya dengan firman Allah SWT dalam surah At-Taubah ayat 122

                        

Artinya: “Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali agar mereka dapat menjaga dirinya”.(Q.S. At-Taubah:122)
Pendidikan Islam, tentunya tidak akan terlepas dari “Panduan” ajaran Islam itu sendiri yakni al-Qur’an. Dalam konsep pendidikan Islam, maka harus melihat segala sesuatunya dari sudut al-Qur’an dan as-Sunnah.
Dalam proses pelaksanaannya, pendidikan tidak berjalan sendirian, ada hal lain yang sangat menunjang terhadap keberhasilan pendidikan, agar kemudian tujuan pendidikan tercapai. Dengan kata lain, pendidikan merupakan suatu sistem, antara subsistem dengan yang lainnya saling berkaitan. Di antara subsistem tersebut adalah metode pendidikan.
Dalam syair dikatakan bahwa "Al- Thariqatu Ahammu Minal Mâdah" maksudnya bahwa metode itu dianggap lebih penting dari pada menguasai materi. Rasionalisasi dari pernyataan di atas adalah apabila seorang pendidik menguasai banyak materi, namun tidak memahami bagaimana materi tersebut bisa dididikkan ke peserta didik (tidak menguasai metode), maka proses transformasi pewarisan nilai-nilai pendidikan islam sulit dicapai. Namun sebaliknya, apabila seorang pendidik hanya menguasai sejumlah atau sedikit materi, tetapi menguasai berbagai macam cara/ strategi/ metode pendidikan, maka dimungkinkan peserta didik akan kreatif dalam mencari dan mengembangkan materi sendiri dan tidak harus menerima dari pendidiknya. Jadi adanya metode dalam pendidikan sangat penting, agar kemudian pelaksanaan pendidikan berjalan maksimal. Tentu banyak sekali objek yang bisa dijadikan bahan kajian untuk menghasilkan metode pendidikan, baik yang berasal dari akal pikiran manusia maupun dari sumber lain. Dan salah satu sumber yang utama itu adalah al-Qur’an, kitab suci pedoman umat Islam. Di dalamnya pasti banyak menjelaskan metode pendidikan. Al-Qur’an merupakan kitab suci yang berisi petunjuk untuk kehidupan umat manusia di dunia ini. Makalah ini berusaha menggali konsep pendidikan khususnya menyangkut metode pendidikan yang ada dalam Al-Qur’an. Untuk mempermudah pembahasan dalam makalah ini dirumuskan permasalahan yaitu:
1. Bagaimana pengertian metode pendidikan menurut Al-Quran dan pendapat para ahli ?
2. Apa saja Macam-macam Metode Pendidikan dalam al-qur’an?
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan pembahasan yang akan diuraikan dalam makalah ini yaitu:
1. Menjelaskan pengertian metode sesuai dengan konsep pendidikan menurut Al-qur’an.
2. Menguraikan macam-macam metode pendidikan berdasarkan Al-qur’an.


B. PENGERTIAN METODE PENDIDIKAN
Mengenai masalah metode ini Allah swt berfirman:
             
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.”( Q.S. Al-Maidah: 35)
Arti dari kata  pada ayat di atas adalah “Jalan”. Kata  merupakan jalan yang mendekatkan kepada sesuatu. Seperti yang terdapat juga dalam surat Al-Israa’ ayat 57:
              •     
Artinya:“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti.”( Q.S.Al-Israa’:57)
Hakikat makna “wasilah” adalah apa yang banyak dikatakan para ulama yaitu taqarrub(upaya mendekatkan diri) kepada Allah. Jalan yang mendekatkan diri kepada sesuatu sama halnya dengan cara mengerjakan sesuatu yang disebut metode. Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari “Metha” yang berarti “Melalui”, dan “Hodos” yang berarti “Jalan”. jadi metode berarti “jalan yang dilalui”. Dalam bahsa arab, metode dikenal dengan istilah “Thariqah” yang berarti langkah-langkah strategis dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Dalam pengertian umum, metode diartikan sebagai cara mengerjakan sesuatu. Dalam pandangan filosofis pendidikan , metode merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Sedangkan menurut pendapat ahli pendidikan islam tentang metode ini, Mohd.Abd.Rahim Ghunaimah mentakrifkan metode mengajar sebagai cara-cara yang praktis yang menjalankan tujuan-tujuan untuk menyampaikan maksud-maksud pengajaran. Ali Al-Jumbalathi dan Abu Al-Fath Al-Tawanisy mentakrifkan metode mengajar sebagai cara-cara yang diikuti oleh guru untuk menyampaikam maklumat ke otak murid-murid.
Dari penafsiran kata “wasilah” dan pendapat para ahli tentang pengertian metode,makna pokok yang dapat disimak yaitu bahwa metode pendidikan adalah cara yang digunakan untuk menjelaskan materi pendidikan kepada peserta didik.
C. MACAM-MACAM METODE PENDIDIKAN

Al-Qur’an merupakan kitab yang Allah anugrahkan kepada umat manusia, Al-Qur’an menawarkan berbagai metode dalam pendidikan, yakni dalam tata cara menyampaikan materi pendidikan. Metode tersebut antara lain.

1. Metode Al-Hikmah, Maw’izah Al-Hasanah dan Jâdilhum Billatî Hiya Ahsan

Ketiga metode ini tergambar dalam surat An-Nahl ayat 125
             •     •       
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.(Q.S.An-Nahl:125)
Berdasarkan ayat ini, di mulai dari kata (ادع) ud’u berasal dari kata kerja (ﻰﻋد) da’â, (ﻮﻋﺪﯾ) yad’û, kemudian menghasilkan sebuah istilah dakwah yang merupakan bentuk mashdar dari kata (ﻰﻋد) da’â, (ﻮﻋﺪﯾ) yad’û, (دعوۃ) da’watan. Kata tersebut, secara etimologi mempunyai arti memanggil, mengundang, mengajak, menyeru dan mendorong. Maka (ادع) ud’u merupakan mendidik. Selanjutnya dalam ayat ini ada tiga metode yang dapat digunakan dalam pendidikan yaitu  (Bil Hikmah) ,   (Al-Mau’idzah dan Hasanah) dan    (Jâdilhum Billatî hiya ahsan).
pertama  , kata Al-hikmah berasal dari kata hakama yang secara harfiah berarti al-man’u (menghalangi). Secara istilah , Al-hikmah berarti pengetahuan tentang keutamaan sesuatu melalui keutamaan ilmu. Al-hikmah juga dapat diartikan kepada argumen yang pasti dan berguna bagi akidah yang meyakinkan. Imam Al-Qurtubi menafsirkan Al-hikmah dengan “kalimat yang lemah lembut”. Beliau menulis dalam tafsirnya :

وأمره أن يدعو إلى دين الله وشرعه بتلطف ولين دون مخاشنة وتعنيف, وهكذا ينبغي أن يوعظ المسلمون إلى يوم القيامة 21

Nabi diperintahkan untuk mengajak umat manusia kepada “dienullah” dan syariatnya dengan lemah lembut tidak dengan sikap bermusuhan. Hal ini berlaku kepada kaum muslimin seterusnya sebagai pedoman untuk berdakwah dan seluruh aspek penyampaian termasuk di dalamnya proses pembelajaran dan pengajaran. Proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik dan lancar manakala ada interaksi yang kondusif antara guru dan peserta didik. Komunikasi yang arif dan bijaksana memberikan kesan mendalam kepada para siswa sehingga “teacher oriented” akan berubah menjadi “student oriented”. Guru yang bijaksana akan selalu memberikan peluang dan kesempatan kepada siswanya untuk berkembang.
An-Naisaburi menegaskan bahwa yang dimaksud Al-hikmah adalah tanda atau metode yang mengandung argumentasi yang kuat (Qoth’i) sehingga bermanfaat bagi keyakinan. Beliau menulis :

(بالحكمة ) اشارة الى استعمال الحجج القطعية المفيدة لليقين24

Sebenarnya yang dimaksud dengan penyampaian wahyu dengan hikmah ini yaitu penyampaian dengan lemah lembut tetapi juga tegas dengan mengunakan alasan-dalil dan argumentasi yang kuat sehingga dengan proses ini para peserta didik memiliki keyakinan dan kemantapan dalam menerima materi pelajaran. Materi pembelajaran bermanfaat dan berharga bagi dirinya, merasa memperoleh ilmu yang berkesan dan selalu teringat sampai masa yang akan datang.

Kedua,   : secara harfiah ia berarti al-nushu (nasihat) dan al-tadhkir bi al-awaqib (memberi peringatan yang disertai ancaman), atau peringatan yang disertai dengan janji ganjaran yang menyenangkan. Ayat ini menggunakan istilah al-mau’izah al-hasanah, hal ini berarti memberi pelajaran yang disertai dengan konsekuensi yang menyenangkan pelajar. Mau’idzah hasanah terdiri dari dua kata “Al-Mau’idzah dan Hasanah”. Al-mau’idzah dalam tinjauan etimologi berarti “pitutur, wejangan, pengajaran, pendidikan, sedangkan hasanah berarti baik. Bila dua kata ini digabungkan bermakna pengajaran yang baik. Ibnu Katsir menafsiri Al-mau’idzah hasanah sebagai pemberian peringatan kepada manusia, mencegah dan menjauhi larangan sehingga dengan proses ini mereka akan mengingat kepada Allah. Ibnu Katsir menulis sebagai berikut :

والموعظة الحسنة أي بما فيه من الزواجر والوقائع بالناس ذكرهم بها ليحذروا بأس الله تعالى25

At-Thobari mengartikan mau’idzah hasanah dengan “Al-ibr al-jamilah” yaitu perumpamaan yang indah berasal dari kitab Allah sebagai hujjah, argumentasi dalam proses penyampaian. Mauidzah hasanah sebagai prinsip dasar melekat pada setiap da’i (guru, ustadz, mubaligh) sehingga penyampaian kepada para siswa lebih berkesan. Siswa tidak merasa digurui walaupun sebenarnya sedang terjadi penstranferan nilai. Al-Imam Jalaludin Asy-Syuyuti dan Jalaludin Mahali mengidentikan kata “Al-Mauidah” itu dengan kalimat مواعظه أو القول الرقيق artinya perkataan yang lembut. Pengajaran yang baik berarti disampaikan melalui perkataan yang lembut diikuti dengan perilaku hasanah sehinga kalimat tersebut bermakna lemah lembut baik lagi baik. Dengan melalui prinsip mau’idzah hasanah dapat memberikan pendidikan yang menyentuh, meresap dalam kalbu.
ketiga kata () jâdilhum terambil dari kata (خدال) jidâl yang bermakna diskusi atau bukti-bukti yang mematahkan alasan atau dalih mitra diskusi dan menjadikannya tidak dapat bertahan, baik yang dipaparkan itu diterima oleh semua orang maupun hanya mitra bicara. Al-sabuni mengartikan kepada munazarah yaitu berdebat dengan mengemukakan argumen atau alasan yang mendukung ide atau pendapat yang dipegangi.  dalam konteks dakwah dan pendidikan diartikan dengan dialog atau diskusi berbantah-bantahan. Jâdilhum berarti menggunakan metode diskusi ilmiah yang baik dengan cara lemah lembut serta diiringi dengan wajah penuh persahabatan sedangkan hasilnya diserahkan kepada Allah SWT. Hal senada juga disampaikan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirmya bahwa jâdilhum ini adalah cara penyampaian melalui diskusi dengan wajah yang baik kalimat lemah lembut dalam berbicara, seperti firman Allah dalam surat Al-Ankabut ayat 46
               •            
Artinya: “Dan janganlah kamu berdebat denganAhli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan Katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada Kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan Kami dan Tuhanmu adalah satu; dan Kami hanya kepada-Nya berserah diri".(Q.S. Al-Ankabut:46).
Kata  yang berarti kamu berdebat merupakan salah satu metode yang digunakan pendidikan, kata  dilanjutkan dengan kata    (dengan cara yang baik). jadi metode debat ataupun yang disebutkan dalam al-qur’an adalah debat dan atau diskusi dengan cara yang baik. Metode diskusi yaitu cara penyampaian bahan pelajaran dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membicarakan, menganalisa guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative pemecahan masalah. Dalam kajian metode mengajar disebut metode “hiwar” (dialog). Diskusi memberikan peluang sebesar-besarnya kepada para siswa untuk mengeksplor pengetahuan yang dimilikinya kemudian dipadukan dengan pendapat siswa lain. Satu sisi mendewasakan pemikiran, menghormati pendapat orang lain, sadar bahwa ada pandapat di luar pendapatnya dan disisi lain siswa merasa dihargai sebagai individu yang memiliki potensi, kemampuan dan bakat bawaannya. An-Naisaburi memberikan ilustrasi bahwa jadilhum itu adalah sebuah metode “أي بالطريقة”. Diskusi) tidak akan memperoleh tujuan apabila tidak memperhatikan metode diskusi yang benar sehingga diskusi jadi “bathal” tidak didengarkan oleh mustami’in. Metode jadilhum lebih menekankan kepada pemberian dalil, argumentasi dan alasan yang kuat. Para siswa berusaha untuk menggali potensi yang dimilikinya untuk mencari alasan-alasan yang mendasar dan ilmiah dalam setiap argumen diskusinya.

2. Metode Kisah

Metode kisah yaitu metode dengan mengisahkan sejarah hidup manusia masa lampau yang mengangkut ketaatan atau kemungkarannya dalam hidup terhadap perintah Tuhan yang dibawakan oleh Nabi dan Rasul yang hadir ditengah mereka. Metode kisah sebagai metode pendidikan terdapat dalam Al-qur’an surat Yusuf ayat 111

                        
Artinya: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”(Q.S. yusuf:111)

Dalam ayat di atas    artinya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran. Cerita ataupun kisah sebagaimana di atas bisa dijadikan contoh dari metode pendidikan. Allah menggunakan berbagai cerita; cerita sejarah faktual yang menampilkan suatu tokoh kehidupan manusia yang dimaksudkan agar manusia bisa berfikir dan mengambil pelajaran dari kisah tersebut. Pendidik dapat menggali hikmah dibalik kisah tersebut dan menyampaikannya kepada peserta didik. didalam al-Qur’an selain terdapat nama suatu surat, yaitu surat al-Qasas yang berarti cerita-cerita atau kisah-kisah, juga kata kisah tersebut diulang sebanyak 44 kali. Quraish shihab pernah meneliti, bahwa mengemukakan kisah dalam al-Qur’an tidak segan-segan untuk mengatakan atau memberitahukan “kelemahan Manusiawi”. Sebagai contoh dalam Q.S Al Qashash ayat 76-81, Allah memberi pelajaran contoh orang yang tercela.
 •             •             •                               •                                                                                             
Artinya: “Sesungguhnya Karun adalah Termasuk kaum Musa, Maka ia Berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri". Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Karun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku". dan Apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar". Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang sabar". Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan Tiadalah ia Termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).”(Q.S. Al Qashash:76-81)

Cerita ataupun kisah sebagaimana di atas bisa dijadikan contoh dari teknik pendidikan. Allah menggunakan berbagai cerita; cerita sejarah faktual yang menampilkan suatu tokoh kehidupan manusia yang dimaksudkan agar manusia bisa berfikir dan mengambil pelajaran dari kisah tersebut. Metode pendidikan seperti ini dapat digunakan oleh guru dalam menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. untuk itu guru mesti mampu mendesains materi dan tujuan pembelajaran dalam bentuk cerita sehingga penyajian menarik bagi siswa dan diharapkan dapat meningkatkan motivasi atau minat belajar siswa.

3. Metode Amstal (Perumpamaan)

Al-Qur’an sebagai kitab suci dalam menyampaikan pesan-pesan illahi menggunakan perumpamaan misalnya terdapat dalam surat an nahl ayat 75-76
     •       •       •                                            
“Allah membuat perumpamaan dengan seorang hamba sahaya yang dimiliki yang tidak dapat bertindak terhadap sesuatupun dan seorang yang Kami beri rezki yang baik dari Kami, lalu Dia menafkahkan sebagian dari rezki itu secara sembunyi dan secara terang-terangan, Adakah mereka itu sama? segala puji hanya bagi Allah, tetapi kebanyakan mereka tiada mengetahui. Dan Allah membuat (pula) perumpamaan: dua orang lelaki yang seorang bisu, tidak dapat berbuat sesuatupun dan Dia menjadi beban atas penanggungnya, ke mana saja Dia disuruh oleh penanggungnya itu, Dia tidak dapat mendatangkan suatu kebajikanpun. samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan Dia berada pula di atas jalan yang lurus”
secara harfiah  berarti perumpamaan. Jika dilihat dari aspek pembelajaran  merupakan suatu uslub al-qur’an yang digunakan dalam mengajar manusia agar dapat memahami pesan-pesan illahi dengan mudah. Selain itu terdapat pula dalam hadits yang berbunyi :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَاللَّفْظُ لَهُ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ يَعْنِي الثَّقَفِيَّ حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَثَلُ الْمُنَافِقِ كَمَثَلِ الشَّاةِ الْعَائِرَةِ بَيْنَ الْغَنَمَيْنِ تَعِيرُ إِلَى هَذِهِ مَرَّةً وَإِلَى هَذِهِ مَرَّةً

Artinya: Hadis dari Muhammad ibn Mutsanna dan lafaz darinya, hadis dari Abdul Wahhâb yakni as- Śaqafi, hadis Abdullah dari Nâfi’ dari ibn Umar, Nabi saw. bersabda: Perumpamaan orang munafik dalam keraguan mereka adalah seperti kambing yang kebingungan di tengah kambing-kambing yang lain. Ia bolak balik ke sana ke sini.
Hadis di atas tergolong syarîf marfu’ dengan kualitas perawi yang sebagian tergolong şiqah dan şiqah şubut, şiqah hâfiz, sedangkan ibn Umar adalah sahabat Rasulullah saw. Menurut ath-Thîby, orang-orang munafik, karena mengikut hawa nafsu untuk memenuhi syahwatnya, diumpamakan seperti kambing jantan yang berada di antara dua kambing betina. Tidak tetap pada satu betina, tetapi berbolak balik pada ke duanya. Hal tersebut diumpamakan seperti orang munafik yang tidak konsisten dengan satu komitmen. Perumpamaan dilakukan oleh Rasul saw sebagai satu metode pembelajaran untuk memberikan pemahaman kepada sahabat, sehingga materi pelajaran dapat dicerna dengan baik. Metode ini dilakukan dengan cara menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, mendekatkan sesuatu yang abstrak dengan yang lebih konkrit. Perumpamaan yang digunakan oleh Rasulullah saw sebagai satu metode pembelajaran selalu syarat dengan makna, sehinga benar-benar dapat membawa sesuatu yang abstrak kepada yang konkrit atau menjadikan sesuatu yang masih samar dalam makna menjadi sesuatu yang sangat jelas.







D. KESIMPULAN

Pendidikan merupakan suatu sistem, antara subsistem dengan yang lainnya saling berkaitan. Di antara subsistem tersebut adalah metode pendidikan. Jadi adanya metode dalam pendidikan sangat penting, agar kemudian pelaksanaan pendidikan berjalan maksimal. Bahan kajian untuk menghasilkan metode pendidikan bisa berasal dari akal pikiran manusia maupun dari sumber lain. Dan salah satu sumber yang utama itu adalah al-Qur’an, kitab suci pedoman umat Islam.
Di dalam al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125 terdapat tiga macam metode pendidikan, yakni metode hikmah, metode mau’izhah dan metode jadil. Metode hikmah merupakan metode berdialog dengan kata-kata bijak sesuai dengan tingkat kepandaian peserta didik pada kebaikan atau sesuatu yang bila digunakan/ diperhatikan akan mendatangkan kemaslahatan dan kemudahan yang besar atau lebih besar, serta menghalangi terjadinya mudharat atau kesulitan yang besar atau lebih besar. Metode mau’izhah yaitu metode pendidikan dengan memberikan nasihat dengan lemah lembut yang menyentuh jiwa sesuai dengan taraf pengetahuan peserta didik yang sederhana. Metode jadil ialah perdebatan dengan cara-cara yang baik, dengan menggunakan bukti-bukti dan alasan-alasan yang tepat. Metode kisah sebagai metode pendidikan terdapat dalam Al-qu’ran surat yusuf ayat 111. Metode kisah adalah contoh dari kisah yang dapat diangkat menjadi metode pengajaran dalam pendidikan Islam. Pendidik dapat menggali hikmah dibalik kisah tersebut dan menyampaikainya kepada peserta didik. Metode Amstal (Perumpamaan) merupakan metode yang menggunakan perumpamaan misalnya terdapat dalam surat an nahl ayat 75-76. Metode amstal (perumpamaan) yaitu cara mengajar dimana guru menyampaikan materi pembelajaran melalui contoh atau perumpamaan.